Minggu, 28 Maret 2010

UJIAN NASIONAL GAGAL MORAL

(Oleh : Maukuf Pengamat Muda Pendidikan_Direktur Future Development Institute)

Tidak ada koordinasi dak komunikasi yang jelas, Tidak ada keterlibatan semua pihak yang berkepentingan seperti perguruan tinggi dalam pembuatan soal, mengakibatkan tidak adanya saling percaya antara satu dan lainnya, padahal ini yang paling penting, bagaimana menteri pendidikan naisonal dalam hal ini, mampu mengkomunikasikan kepentingan masyarakat (siswa – siswi ) kita untuk bisa diberikan peluang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan system yang baik dan benar, kerjasama dengan pihak perguruan tinggi sangat penting dalam keterlibatannya untuk pembuatan soal dan sebagainya untuk bisa lebih memudahkan ketersambungan dan keberlangsungan tujuan dalam pendidikan nasional kita. Ini justru terjadi ketidak percayaan antara pihak – pihak yang sangat penting dalam pendidikan kita, terbukti pimpinan perguruan tinggi belum percaya terhadap hasil Ujian nasional.
Tertukranya soal untuk nomor ganjil ke nomor genap, adanya siswa yang membawa HP kedalam kelas, adanya siswa yang kerjasama dengan pengawas, Sering terjadinya kebocoran soal dan kecurangan. Ini adalah hal yang sangat menyedihkan dan merisaukan masyarakat dalam Ujian Nasional saat ini, dan yang lebih membahayakan dan meresahkan kita semua adalah menteri pendidikan nasional menganggap hal ini sebagai hal yang biasa saja. Padahal masalah tersebut menjadi boomerang yang besar menghancurkan tatanan kependidikan kita.
Sekian masalah yang terjadi dikarenakan tidak ada saling percaya, dan kerjasama dengan pihak – pihak yang punya kepentingan seperti perguruan tinggi sebagai langkah yang lebih cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan kedepan lebih baik lagi, dan seharunya proses pemebelajaran sampai pada monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara teratur dan jelas siapa yang harus terlibat didalamnya, tidak kemudian dengan spontanitas pemerintah membuat kebijakan – kebijakan yang justru melahirkan permsalahan – permasalahan yang lebih mendasar.
Dua orang siswa ditahan di Surabaya karena ada kasus pencurian dan diikutkan dalam Ujian Nasional ? Ini justru menunjukkan bahwa pemerintah kita hanya melakukan tes pada satu sisi saja, yaitu kognitifnya, dengan mengabaikan masalah afektif, apa kemudian kepentingannya anak yang sudah di berikan hukuman karena kegagalan sekolah atau pendidikan kita terhadap pendidikan moral sehingga anak didik terseret dalam hukum?. Ini justru membuktikan bahwa pendidikan kita gagal. Gagal secara aturan perundangan – undangan bahwa ternyata secara tidak sadar UN tidak menguji afektifnya kalau anak yang dipenjara tadi diluluskan. Kalau tidak kenapa harus di berikan UN?, kenapa kemudian tidak diperbaiki moral terlebih dahulu kemudian diberikan ujiannya, atau sebelumnya mereka tidak diajarkan moral disekolahnya? Ini jelas dan secara terang – terangan pemerintah gagal dalam pendidikan moral anak bangsa. Pendidikan kita terlihat lebih menekankan pada masalah mutu yang tinggi namun tergesa – gesa, lebih mengutamakan bangunan yang megah namun moral entah kemana?
Hilangnya kepercayaan pemerintah terhadap guru sebagai orang yang harus di gugu di tiru dalam pendidikan, mengakibatkan hilangnya kepercayaan guru juga terhadap kebijakan – kebijakan pemerintah, hal ini bila terjadi terus – menerus akan mengakibatkan hancurnya proses dan pengembangan masa depan bangsa, kalau sudah begini tamatlah pendidikan kita, karena kalau tidak percaya terhadap guru maka siapa lagi harus dipercaya, polisi? Dengan pengamanan yang ketat? Justru dengan demikian akan lebih banyak terjadi kecurangan – kecurangan yang baru, dan menghabiskan anggaran negara, padahal juga sudah ada pengawas satuan yang berfungsi secara penuh untuk melakukan pengawasan, sebenarnya solusi yang paling tepat adalah, pemerintah harus memberikan kepercayaan yang penuh kepada guru, dan kemudian tidak memaksakan pendapat sendiri tanpa diperhitungakan kemampuan guru dan aspek lainnya seperti fasilitas yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, saya yakin guru yang diberikan kepercayaan dan system pendidikan kita sesuai dengan kemampuan masyarakat dan pemerintah adil dalam hal pendidikan ini maka proses peningkatan secara teratur dan komprehensip akan mampu menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas, bermoal dan bermanfaat untuk bangsa Indonesia.
Guru mengetahui segala – galanya tentang anak – anak mereka, bahasa dan prilaku yang akan digunakan, tanggung jawab secara moral dan akan mampu memberkan tauladan yang benar kepada anak didik mereka, sehingga mereka secara sadar akan tidak melakukan kecurangan, bukti yang sebenarnya dalam keberhaislan pendidikan ini menurut saya adalah lahirnya kejujuran sebagai bentuk moral yang nyata dari guru dan anak didik kita, dengan catatan pemerintah mendengarkan dan memberikan hak kepada sekolah untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan tidak hanya kognitif yang menjadi standar kelulusan dalam proses evaluasi, bila sudah sampai tingkat ini maka pemerintah tidak akan kewalahan dan susah untuk melakukan pengawasan dengan mengerahkan polisi dalam pengawalan ujian nasional ini, justru dengan keberhasilan melahirkan siswa yang bertanggung jawab, jujur dan memiliki moralitas yang benar, masalah – masalah yang lain seperti kebocoran soal akan langsung ditolak oleh siswa kita sendiri, namun kenapa tidak terjadi? Karena memang ujian nasional ini belum bisa menjadi jaminan masa depan anak bangsa. Tidak ada indikator moralitas yang menjadi tolok ukur kelulusan dalam evaluasi pendidikan.
Dalam ujian nasional ini guru, siswa dan masyarkat melihat dan merasa tertekan secara psicologis, dimana Ujian Nasional ini sepertinya bagaikan area yang sangat bermasalah dan berbahaya sehingga disana sini ada polisi. polisi dikerahkan dan mengawasi setiap gerak siswa, cukup membuat kita semakin tidak percaya arah dan tujuan pendidikan kita mau seperti apa? mungkin pemerintah lupa bahwa keberhasilan itu bukan karena ditakut – takutkan, atau diawasi dengan ketat? pemerintah lupa bahwa kekuatan hadirnya kejujuran sebagai bentuk moralitas yang hakiki yang lahir atas proses pendidikan yang benar?, kenapa tidak pada pagi hari sebelum ujian dimulai, terlebih dahulu diberikan motivasi tentang kejujuran dan tanggungjawab terhadap apa yang akan dilakukan?, alih – alih demikian di Surabaya diturunkan 174 personil yang akan mengawal soal ujian dan polisi akan datang pada pagi hari sebelum siswa masuk kesekolah. Saya melihat ini hal yang “paling lucu, lucu bin aneh”, walaupun memang benar Ujian ini sangat bermasalah, namun jangan ditambah masalah lagi.
Mestinya pemerintah dengan mengetahui kecurangan, kebocoran yang terjadi harus mengevaluasi kenapa ini bisa terjadi berulang – ulang, dan pelakunya adalah orang yang dekat dengan siswa, sebenarnya pemerintah harusnya sudah mengatahui dan mengambil kebijakan yang lebih tepat bagaimana porses monitoring dan evaluasi yang menjadi standar kelulusan yang paripurna bin komprehensip harus dilakukan sekarnag juga, sehingga tidak memberikan peluang yang lebih besar untuk menorehkan tinta kotor dalam dunia pendidikan kita.
Dari sanki yang diberikan hanya sanki yang bersifat normatif saja, tidak ada yang mampu memberikan efek jera dan kesadaran dalam prilakunya, ini juga memberikan peluang yang besar terhadap kecurangan yang baru. seperti Ujian penggantian dilakukan bagi sekolah yang ketahuan siswanya menerima bocora soal, dan yang aneh ulangan pengganti disekolah yang tidak jujur akan dilaksanakan pada 5 april, (rupublika-29 maret 2010), kejadian keucarangan, kebocoran soal dan lainnya, tidak hanya terjadi tahun ini, tahun yang lalu juga terjadi kebocoran soal dan adanya kunci jawaban yang disebarkan, sekolah sebuah institusi, dan kejadian bisa terjadi demikian, artinya pasti ada masalah dengan pemerintah yang tidak mampu memberikan pertimbangan kenapa harus Ujian Nasional yang dilakukan sampai saat ini juga, artinya secara tidak langsung ini sebuah penolakan yang real bahwa masih banyak sekolah yang belum siap dengan ujian nasional, kaena dengan segala kekurangan yang belum ada. Kalaupun mereka sudah siap secara materil, pendidikm sarana dan lain sebagainya. Ada kemampuan moril yang lebih penting belum tercapai. Namun pemerintah masih kekeh untuk melakukan ini semua. Padahal Ujian Nasional ini tidak hanya satu – satunya jalan untuk mampu meningkatkan kualitas mutu pendidkan kita, dengan demikian terjadilah kecurangan – kecurangan yang menunjukkan kepada kita semua dan dunia bahwa ujian nasional ini “gagal moral”.
Maka sebenarnya pemerintah ini masih bisa memperbaiki citra pendidikan kita dengan mangambil jalan tengah, jalan tengah yang saya maksudkan adalah, pertama silahkan pemerintah melakukan Ujian Nasional namun standar kelulusan itu harus meliputi tiga aspek yang ada seperti kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak kemudian hanya kognitif saja. Kedua, saya sepakat dengan Ujian Nasional ini, namun Ujian Nasional ini sebagai alat ukur pemetaan mutu pendidikan, dengan dimikian maka tindak lanjutnya adalah perlakukan masing – masing daerah sesuai dengan mutu yang ada dengan membuatkan standar umum. Sehingga mudah melakukan pengembangan dan akan bisa melahirkan “keadilan” dalam dunia pendidikan kita. Saya sakin dengan demikian akan lahir kejujuran karena kita bisa memberikan kebutuhan sesuai dengan hak dan kemampuan mereka. Dan kita tidak perlu tergesa – gesa.

UJIAN NASIONAL GAGAL MORAL

(Oleh : Maukuf Pengamat Muda Pendidikan_Direktur Future Development Institute)

Tidak ada koordinasi dak komunikasi yang jelas, Tidak ada keterlibatan semua pihak yang berkepentingan seperti perguruan tinggi dalam pembuatan soal, mengakibatkan tidak adanya saling percaya antara satu dan lainnya, padahal ini yang paling penting, bagaimana menteri pendidikan naisonal dalam hal ini, mampu mengkomunikasikan kepentingan masyarakat (siswa – siswi ) kita untuk bisa diberikan peluang lebih besar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan system yang baik dan benar, kerjasama dengan pihak perguruan tinggi sangat penting dalam keterlibatannya untuk pembuatan soal dan sebagainya untuk bisa lebih memudahkan ketersambungan dan keberlangsungan tujuan dalam pendidikan nasional kita. Ini justru terjadi ketidak percayaan antara pihak – pihak yang sangat penting dalam pendidikan kita, terbukti pimpinan perguruan tinggi belum percaya terhadap hasil Ujian nasional.
Tertukranya soal untuk nomor ganjil ke nomor genap, adanya siswa yang membawa HP kedalam kelas, adanya siswa yang kerjasama dengan pengawas, Sering terjadinya kebocoran soal dan kecurangan. Ini adalah hal yang sangat menyedihkan dan merisaukan masyarakat dalam Ujian Nasional saat ini, dan yang lebih membahayakan dan meresahkan kita semua adalah menteri pendidikan nasional menganggap hal ini sebagai hal yang biasa saja. Padahal masalah tersebut menjadi boomerang yang besar menghancurkan tatanan kependidikan kita.
Sekian masalah yang terjadi dikarenakan tidak ada saling percaya, dan kerjasama dengan pihak – pihak yang punya kepentingan seperti perguruan tinggi sebagai langkah yang lebih cepat dan tepat dalam mengambil kebijakan kedepan lebih baik lagi, dan seharunya proses pemebelajaran sampai pada monitoring dan evaluasi harus dilakukan secara teratur dan jelas siapa yang harus terlibat didalamnya, tidak kemudian dengan spontanitas pemerintah membuat kebijakan – kebijakan yang justru melahirkan permsalahan – permasalahan yang lebih mendasar.
Dua orang siswa ditahan di Surabaya karena ada kasus pencurian dan diikutkan dalam Ujian Nasional ? Ini justru menunjukkan bahwa pemerintah kita hanya melakukan tes pada satu sisi saja, yaitu kognitifnya, dengan mengabaikan masalah afektif, apa kemudian kepentingannya anak yang sudah di berikan hukuman karena kegagalan sekolah atau pendidikan kita terhadap pendidikan moral sehingga anak didik terseret dalam hukum?. Ini justru membuktikan bahwa pendidikan kita gagal. Gagal secara aturan perundangan – undangan bahwa ternyata secara tidak sadar UN tidak menguji afektifnya kalau anak yang dipenjara tadi diluluskan. Kalau tidak kenapa harus di berikan UN?, kenapa kemudian tidak diperbaiki moral terlebih dahulu kemudian diberikan ujiannya, atau sebelumnya mereka tidak diajarkan moral disekolahnya? Ini jelas dan secara terang – terangan pemerintah gagal dalam pendidikan moral anak bangsa. Pendidikan kita terlihat lebih menekankan pada masalah mutu yang tinggi namun tergesa – gesa, lebih mengutamakan bangunan yang megah namun moral entah kemana?
Hilangnya kepercayaan pemerintah terhadap guru sebagai orang yang harus di gugu di tiru dalam pendidikan, mengakibatkan hilangnya kepercayaan guru juga terhadap kebijakan – kebijakan pemerintah, hal ini bila terjadi terus – menerus akan mengakibatkan hancurnya proses dan pengembangan masa depan bangsa, kalau sudah begini tamatlah pendidikan kita, karena kalau tidak percaya terhadap guru maka siapa lagi harus dipercaya, polisi? Dengan pengamanan yang ketat? Justru dengan demikian akan lebih banyak terjadi kecurangan – kecurangan yang baru, dan menghabiskan anggaran negara, padahal juga sudah ada pengawas satuan yang berfungsi secara penuh untuk melakukan pengawasan, sebenarnya solusi yang paling tepat adalah, pemerintah harus memberikan kepercayaan yang penuh kepada guru, dan kemudian tidak memaksakan pendapat sendiri tanpa diperhitungakan kemampuan guru dan aspek lainnya seperti fasilitas yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, saya yakin guru yang diberikan kepercayaan dan system pendidikan kita sesuai dengan kemampuan masyarakat dan pemerintah adil dalam hal pendidikan ini maka proses peningkatan secara teratur dan komprehensip akan mampu menghasilkan mutu pendidikan yang berkualitas, bermoal dan bermanfaat untuk bangsa Indonesia.
Guru mengetahui segala – galanya tentang anak – anak mereka, bahasa dan prilaku yang akan digunakan, tanggung jawab secara moral dan akan mampu memberkan tauladan yang benar kepada anak didik mereka, sehingga mereka secara sadar akan tidak melakukan kecurangan, bukti yang sebenarnya dalam keberhaislan pendidikan ini menurut saya adalah lahirnya kejujuran sebagai bentuk moral yang nyata dari guru dan anak didik kita, dengan catatan pemerintah mendengarkan dan memberikan hak kepada sekolah untuk melakukan penilaian secara menyeluruh dan tidak hanya kognitif yang menjadi standar kelulusan dalam proses evaluasi, bila sudah sampai tingkat ini maka pemerintah tidak akan kewalahan dan susah untuk melakukan pengawasan dengan mengerahkan polisi dalam pengawalan ujian nasional ini, justru dengan keberhasilan melahirkan siswa yang bertanggung jawab, jujur dan memiliki moralitas yang benar, masalah – masalah yang lain seperti kebocoran soal akan langsung ditolak oleh siswa kita sendiri, namun kenapa tidak terjadi? Karena memang ujian nasional ini belum bisa menjadi jaminan masa depan anak bangsa. Tidak ada indikator moralitas yang menjadi tolok ukur kelulusan dalam evaluasi pendidikan.
Dalam ujian nasional ini guru, siswa dan masyarkat melihat dan merasa tertekan secara psicologis, dimana Ujian Nasional ini sepertinya bagaikan area yang sangat bermasalah dan berbahaya sehingga disana sini ada polisi. polisi dikerahkan dan mengawasi setiap gerak siswa, cukup membuat kita semakin tidak percaya arah dan tujuan pendidikan kita mau seperti apa? mungkin pemerintah lupa bahwa keberhasilan itu bukan karena ditakut – takutkan, atau diawasi dengan ketat? pemerintah lupa bahwa kekuatan hadirnya kejujuran sebagai bentuk moralitas yang hakiki yang lahir atas proses pendidikan yang benar?, kenapa tidak pada pagi hari sebelum ujian dimulai, terlebih dahulu diberikan motivasi tentang kejujuran dan tanggungjawab terhadap apa yang akan dilakukan?, alih – alih demikian di Surabaya diturunkan 174 personil yang akan mengawal soal ujian dan polisi akan datang pada pagi hari sebelum siswa masuk kesekolah. Saya melihat ini hal yang “paling lucu, lucu bin aneh”, walaupun memang benar Ujian ini sangat bermasalah, namun jangan ditambah masalah lagi.
Mestinya pemerintah dengan mengetahui kecurangan, kebocoran yang terjadi harus mengevaluasi kenapa ini bisa terjadi berulang – ulang, dan pelakunya adalah orang yang dekat dengan siswa, sebenarnya pemerintah harusnya sudah mengatahui dan mengambil kebijakan yang lebih tepat bagaimana porses monitoring dan evaluasi yang menjadi standar kelulusan yang paripurna bin komprehensip harus dilakukan sekarnag juga, sehingga tidak memberikan peluang yang lebih besar untuk menorehkan tinta kotor dalam dunia pendidikan kita.
Dari sanki yang diberikan hanya sanki yang bersifat normatif saja, tidak ada yang mampu memberikan efek jera dan kesadaran dalam prilakunya, ini juga memberikan peluang yang besar terhadap kecurangan yang baru. seperti Ujian penggantian dilakukan bagi sekolah yang ketahuan siswanya menerima bocora soal, dan yang aneh ulangan pengganti disekolah yang tidak jujur akan dilaksanakan pada 5 april, (rupublika-29 maret 2010), kejadian keucarangan, kebocoran soal dan lainnya, tidak hanya terjadi tahun ini, tahun yang lalu juga terjadi kebocoran soal dan adanya kunci jawaban yang disebarkan, sekolah sebuah institusi, dan kejadian bisa terjadi demikian, artinya pasti ada masalah dengan pemerintah yang tidak mampu memberikan pertimbangan kenapa harus Ujian Nasional yang dilakukan sampai saat ini juga, artinya secara tidak langsung ini sebuah penolakan yang real bahwa masih banyak sekolah yang belum siap dengan ujian nasional, kaena dengan segala kekurangan yang belum ada. Kalaupun mereka sudah siap secara materil, pendidikm sarana dan lain sebagainya. Ada kemampuan moril yang lebih penting belum tercapai. Namun pemerintah masih kekeh untuk melakukan ini semua. Padahal Ujian Nasional ini tidak hanya satu – satunya jalan untuk mampu meningkatkan kualitas mutu pendidkan kita, dengan demikian terjadilah kecurangan – kecurangan yang menunjukkan kepada kita semua dan dunia bahwa ujian nasional ini “gagal moral”.
Maka sebenarnya pemerintah ini masih bisa memperbaiki citra pendidikan kita dengan mangambil jalan tengah, jalan tengah yang saya maksudkan adalah, pertama silahkan pemerintah melakukan Ujian Nasional namun standar kelulusan itu harus meliputi tiga aspek yang ada seperti kognitif, afektif dan psikomotorik. Tidak kemudian hanya kognitif saja. Kedua, saya sepakat dengan Ujian Nasional ini, namun Ujian Nasional ini sebagai alat ukur pemetaan mutu pendidikan, dengan dimikian maka tindak lanjutnya adalah perlakukan masing – masing daerah sesuai dengan mutu yang ada dengan membuatkan standar umum. Sehingga mudah melakukan pengembangan dan akan bisa melahirkan “keadilan” dalam dunia pendidikan kita. Saya sakin dengan demikian akan lahir kejujuran karena kita bisa memberikan kebutuhan sesuai dengan hak dan kemampuan mereka. Dan kita tidak perlu tergesa – gesa.

Kamis, 25 Maret 2010

Let's Be Fight And Never Ever Give Up..!!!

Segala suatu akan bisa kita kerjakan, selama kita memenuhi beberapa hal yang menjadi pendukung dalam kekuatan kata – kata I Can, dan tentu dalam prosesnya kita akan banyak menemukan onak dan duri serta berhadapan dengan badai – badai ujian yang tiada henti terus menyelimuti kita dalam perjalannya, maka saya mencoba untuk memberikn bebeapa tips jitu dan tangguh dalam menghadapi segalanya dengan menggunakan kode yang saya sebut lima I, antara lain :

1. Yakini bahwa apa yang akan kita hadapi / terima adalah wadah kita untuk menggali potensi yang Allah berikan namun kita tidak sadar dan mungkin belum kita temukan.

2. Pelajari dan Fahami apa yang kita hadapi, karena setiap yang kita hadapi terdapat banyak tantangan bukan masalah, namun disana juga terbentang solusi yang tak disangka, yang akan membuat kita semakin hari semakin kokoh.

3. Hayati, Mulailah dengan berfikir, dan buatlah pertanyaan;
a. Apa yang harus saya lakukan untuk mensukseskan hidup/amanah ini?.
b. Bagaimana saya akan mengerjakannya?.
c. Siapa yang saya akan libatkan?.
d. Dimana tempat yang terbaik untuk saya kerjakan?.
e. Kapan waktu yang terbaik untuk saya lakukan?, dan pertanyaan – pertanyaan lain yang bisa membuat hidup/pekerjaan kita semakin produktif dan optimal.

4. Hadapi, semua pekerjaan memiliki dua kemungkinan, sukses dan gagal, menang dan kalah, namun bukan itu yang menjadi perhatian/target utama kita, yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita menghadapi dan menjalani proses dengan benar, disini akan banyak tantangan dan aral melintang namun yakinkan diri kita, bahwa setiap masalah ada solusinya. Dan setelah masalah itu terbentang luas kemudahannya ”Innama’al Usri Usro”, dan Jangan lari dari masalah, karena bila kita lari akan menjadikan kita pecundang bukan pemenang.
Mari kita renungkan perjalanan yang akan kita hadapi dengan membuat beberapa pertanyaan yang menyadarkan kita.

Kenapa aku diuji?
Surah Al-Ankabut ayat 2-3
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.”

Kenapa aku tidak mendapatkan apa yang aku idam idamkan?
Surah Al-Baqarah ayat 216
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu Menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Kenapa ujian seberat ini?
Surah Al-Baqarah ayat 286
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.”


Rasa frustasi?
Surah Al-Imran ayat 139
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”

Bagaimana aku harus menghadapinya?
Surah Al-Imran ayat 200
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.”

Bagaimana aku harus menghadapinya?
Surah Al-Baqarah ayat 45
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu ungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',”

Apa yang aku dapat dari semua ini?
Surah At-Taubah ayat 111
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surge untuk mereka.”

Maka ikhwahfillah, selayaknyalah apapun yang kita hadapi kita harus terus belajar untuk bertahan dan terus bertahan.

Surah Yusuf ayat 87
“Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari
rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.”

Surah An-Nisaa' ayat 86
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

”seorang pribadi kader yang tangguh adalah kader yang memiliki kekuatan, kematangan dan kedewasaan secara ma’nawiyah, fikriyah, jasadiah, jaringan dan keuangan. Dengan demikian maka ia akan mampu menghadapi tantangannya yang melintang dalam mensukseskan agenda – agenda besarnya”.

Pernahkan ikhwah mendengar cerita tentang katak kecil?
Kisah ini sebagai motivasi kita untuk menjadi lebih berani dan bisa dalam menjalani tantangan dan rintangan yang ada. Kisah ini saya dapatkan disaat ada training motivasi diacara malam bina iman dan taqwa.

Mari kita baca....!!
Cerita tentang katak kecil
Pada suatu hari ada segerombol katak katak kecil yang menggelar lombar lari, tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi, penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan member semangat kepada para peserta.
Perlombaan dimulai,…
Secara jujur, tak satupun penonton benar – benar percaya bahwa katak – katak kecil akan bisa mencapai puncak menara,..tiba – tiba terdengar suara,..”Oh jalannya terlalu suliiiiiiiittt”, mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai kepuncak.” Tak ada kesempatan mereka untuk berhasil,…yaa menaranya terlalu tinggi…!!
Waktu pun ikut berlarian, dibarengi katak –katak kecil mulai berjatuhan satu persatu, kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan – lahan semakin tinggi dan tinggi,.penontoon pun bersorak sorai “ terlalu sliiit!! Tak seorang pun akan berhasil” teriak mereka, kemudian terlihat lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah, tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi,..Ia terlihat tak akan menyerah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara, kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu – satunya yang berhasil mencapai puncak!
Semua katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan? Ternyata……katak yang menjadi pemenang itu “tuli”.
Kata orang bijak dari cerita ini adalah jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negative ataupun pesimis, karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menajuhkannya darimu, selalu pikirkan kata – kata bertuah yang ada, karena segala sesuatu yang kamu dengar dan yang kamu baca bisa mempengaruhi prilakumu, karena itu tetaplah POSITIVE dan yang terpenting, berlakulah “Tuli” jika orang berkata kepadamu bahwa KAMU tidak bisa menggapai cita – citamu. Selalu berfikirlah I CAN DO THIS…
Ikhwah selamat mencoba, sekali lagi saya katakana keep fight, never ever give up!!!

5. Nikmati, apapun hasilnya itu adalah hasil jerih payah yang kita lakukan, semakin besar keyakinan kita, kesungguhan kita, pengorbanan kita, kesabaran dan keikhlasan akan semakian dan terasa besar hasil yang kita dapatkan, mungkin kadang terukur dengan nilai dan benda namun sering kemenngan dan ketenangan itu tak terukur oleh apapun. Dengan hati yang ikhlas semua hasil yang kita dapatkan akan terasa memuaskan, dan bisa jadi bila gagal dalam meraihnya itus hanya akan memberikan waktu untuk kita lebih semangat dan sungguh – sungguh lagi untuk terus belajar dan berusaha karena tiada kesuksesan tanpa kegagalan.

”Pasrah dan ridho atas segala kehendak dan kejadian yang menimpa percaya atas keimanan yang penuh bahwa Allah lah penguasa segala sesuatu di langit dan dibumi, tak pernah Ia menzdolimi hamba-Nya yang mukmin dan selalu memberikan yang terbaik untuk orang – orang sholeh pejuang dijalan-Nya”.

Bangunan yang tinggi menjulang, pohon yang besar, jembatan yang kokoh dan kuat mungkin akan mengajak lisan kita berucap, ”betapa kuatnya bangunan itu, betapa kuatnya pohon ini dan betapa kokohnya jambatan itu”, begitulah kita juga sebagai manusia yang Allah ciptakan dengan segala kafasitas kekuatan dan kekokohannya, ternyata memiliki kekokohan dan kekuatan dalam menjalani hidupnya, kekuatan dan kekokohan yang tiada mampu dilawan, kekuatan yang melebih gunung – gunung tinggi dudunia ini, kekokohan melebihi kokohnya bangunan dan jembatan panjang di nusantara ini, karena manusia memiliki potensi yang sungguh amat luar biasa besar dan hebatnya sampai mampu mengalahkan makhluk lain yang bernama jin. Karena kecerdasan yang diberikan Allah padanya, ” sesungguhnya manusia ini akan lebih pintar, lebih dan lebih mulya dibanding makhluk lain bila ia terus selalu memperbaiki diri dan terus selallu bertahan dalam kebaikannya kepada Sang Segala – Galanya”. Siapa yang tidak mengenal Nabi Sulaiman, dengan kesholehan dan kecerdasan yang Allah berikan ia manfaatkan untuk menghambakan dirinya kepada Allah sebagai ucapan syukur atas nikmat kecerdasan dan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana dengan kita saat ini, tentu kita juga memiliki kelebihan dan kekokohan itu karena ternyata kita juga dituntut oleh tugas kita, yaitu tugas yang Allah berikan kepada kita sebagai khalifah fil Ardhi, kemudian kita juga dituntut oleh waktu ”masa muda kita” sebagai generasi yang harus mempersiapkan segala – gelanya karena kita adalah generasi yang akan menggantikan mereka untuk menjadi pemimpin, pemimpin yang akan menjalankan amanah yang sungguh sangat besar pertanggung jawabannya disisi Allah azza wajalla dan ini adalah tanggung jawab yang harus kita terima.
Kita harus kokoh, kokoh aqidah, kokoh ibadah, kokoh akhlaq dan lain sebagainya, menjadi kader yang kokoh dan soleh adalah tuntutan yang harus dimiliki sebagai kader yang akan melanjutkan estapeta dakwah ini, kemudian memperbanyak beramal baik, bermanfaat bagi kehidupan manusia (solehun li nafsi), kemudian setelah itu wa shoolehun lighoirihi, dengan melahirkan dan menciptakan pribadi – pribadi yang unggul, kokoh, sholeh, mandiri dan produktif, menciptakan keluarga yang islami yang menjadi sumber inspirasi dalam merubah masadepan bangsa yang kini tidak jelas arahnya akan kemana, kita akan menciptakan masyarakat yang islami yang akan mengizzahkan islam sepanjang waktu, kita akan mencipatakn negara yang bermoral yang memuliakan nama Allah dan menjadikan islam sebagai aturan dalam kehidupan sehari – hari, dan kita akan menciptakan dunia yang islami yang tiada ada lagi terdengar kedzoliman terhadap ummat manusia.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang – orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal – amal sholeh bahwa Dia sungguh – sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagai mana Dia telah menjadikan orang – orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar – benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku, dan barang siapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang – orang yang fasik.
(Al-Qur’an Surat An-Nur : 55)

Demikian besar agenda kita, sehingga kita juga akan menyiapkan diri kita menjadi orang – orang yang besar dihadapan Allah, yang akan mengusung dan membawa misi besar ini. Dan dengan hanya berharap kepada yang menciptakan kita akan membuat kita terus dan terus memiliki energy kekuatan dalam perjuangan ini.

Surah At-Taubah ayat 129
“Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Allah selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal”.

Disana sudah barang tentu banyak menunggu kita berbagai tantangan dalam menjalankannya, berbagai terpaan dan masalah kehidupan yang akan membuat kita harus kuat, teguh dan kokoh dalam menjalaninya.
Maka kita sebagai agent of change sekaligus agent of leader harus mengatakan I Can dan kemudian didukung oleh segala kekokohan yang mengarahkan kita kepada kesuksesan dunia dan akhirat sehingga kita memiliki kekuatan dan kematangan dari segala sisi kehidupan.

Karena…..
“Nothing Impossible In the World, Everything is Possible if You believe in GOD”

Beginilah Konsep Kehidupan Kita Sebenarnya

Optimisme dalam hidup perlu ditumbuhkan sedini mungkin, apalagi kita sebagai ummat yang Allah ciptakan paling baik bentuknya, dan untuk membawa misi rohmatan lil ’alamin, misi yang mulia, misinya rasul kita, tancapkan pada diri kita, pada hati kita keyakinan yang besar bahwa kita adalah orang yang Allah cintai, yang Allah ridhoi untuk menjadi hamba yang sholeh, mencintai-Nya setulus hati dengan menjual diri kita kepada-Nya dengan segala titipan yang Ia berikan kepada kita, katakan pada diri kita I Can ”saya bisa” not I Can’t (bukan saya tidak bisa), karena setelah itu kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa, keyakinan ini akan membawa kita pada semua serba mungkin, tiada ada didunia ini yang tidak mungkin, semua serba bisa tiada ada dunia ini tidak bisa selama kita yakin, kemudian kita memulainya dengan nama Allah, memahaminya, sungguh – sungguh, berkorban, sabar dan ikhlas serta tawakkal kemudian mensyukurinya, dengan demikian semua mungkin dan semua bisa, kecuali beberapa hal yang sudah ditentukan Allah.
Tulislah 100 cita –cita kita, kemudian berprasangka yang baik – baik dan optimis, karena itulah yang akan mendorong kita untuk berupaya mencapainya dan yang lebih luar biasa lagi adalah cita – cita besar itu akan “Menarik” diri kita dalam mempersiapkan segalanya.

“Inni ‘Inda Dzhonni ‘Abdi Be”
Sesungguhnya Aku Sesuai dengan Prasangka Hambaku”
(Hadist Qudsi)

Ikhwah Fillah, Kita akan merasakan energy yang besar datang dari segala punjuru, atas kata – kata yang dengan semangat dan tulus serta yakin kita ucapkan pada lubuk hati yang paling dalam, yang berat akan menjadi ringan, yang jauh akan menjadi dekat, yang sulit akan menjadi mudah dan yang mahal akan menjadi murah.
Maka bercita – citalah yang besar, bermimpilah yang luas sehingga tiada ada ruang sekecil atom pun pada hidup kita, tiada tujuan yang lemah dan tak terukur, karean sesungguhnya KITA BISA, Ambisi yang besar harus dimiliki oleh seorang jundi, da’i dan da’iyah untuk menjadikan pribadi yang sholeh dan mampu mensholehkan orang lain, kemudian tidak sampai disana saja, kita mampu memiliki cita – cita besar yaitu menjadikan dunia ini dunia yang diberkahi oleh ALLAH yaitu ustadziatul alam.
Segala apa yang ada dibumi ini mudah bagi Allah bila kita yakin dan dekat dengan Allah SWT, apa yang ada dibumi dan dilangit miliki Allah Sang Penguasa dan Pencipta, maka mintalah kepada-Nya, karena Dia lah segala galanya, dia akan memberi hamba-Nya yang beriman, meminta dan beramal sholeh, maka dengan demikian miliki karakter optimis dalam hidup, cita cita dan cinta harus terpatri dalam sanubari kita yang dalam.
Milikilah cita – cita besar dan mulia kemudian tancapkan cita – cita dan ambisi mulia itu dalam hati kita, inilah yang disebut moment yang tepat untuk melakukan perbaikan pada diri sendiri, seorang muslim harus punya tekad besar untuk melakukan perbaikan pada dirinya sebagai muslim yang baik, kemudian setelah itu seorang muslim harus mampu membentuk rumah tangga yang menegakkan tauhidullah, yang menjadi salah satu gerbang utama terciptanya masyarakat bermoral sehingga terbentuk warga yang baik yang akan memberikan pengaruh besar terhadap bangsa kita sehingga tanah air indonesia ini diberkahi oleh Allah Sang Maha Pencipta dan ini akan menjadi langkah strategis untuk menciptakan cita – cita besar yaitu melahirkan generasi pemimpin dunia dengan dimulai dari indonesia.
Keyakinan yang besar harus kita miliki kemudian kita harus bisa mengatakan I Can for Can (Saya Bisa untuk Bisa ), Bisa memulai dari Zero to Hero, bisa menjadi agent of change to agent of leader dengan menjadi muslim yang baik, dengan memiliki badan yang sehat, memiliki aqidah yang benar, Bisa memiliki ibadah yang benar, Bisa memiliki akhlaq yang kokoh, memiliki wawasan yang luas, dengan ditopang kesunggguhan yang besar dalam segala aktivitasnya, mampu memberikan perhatian yang besar terhadap waktu yang ada, disiplin dan teratur dalam segala urusan pribadi maupun yang lainnya, sehingga I CAN dan WE CAN menjadi muslim yang BERMANFAAT.

“ Allah lebih mencintai hamba-Nya yang KUAT dari pada hambanya yang lemah,...
Dan bukanlah termasuk orang beriman bila ia tidak bermanfa’at bagi orang lain”

Menjadi hamba yang memiliki keimanan yang dalam, yang mampu berbuat amal sholeh dalam hidupnya, berpartisipasi untuk kebaikan dan berkonstribusi untuk kemuliaan islam. Katakan ikhwahfillah, I Can untuk sukses yaitu sukses yang hakiki menurut Allah, “ dibebaskan dari api neraka dan dimasukkan kedalam syurga”. Katakan I Can (Saya Bisa) dan I Can.
Memiliki cita – cita, mimpi besar tidak cukup sampai disana, namun kita perlu memiliki sesuatu yang mampu mendukung (menopang) ambisi kita dalam hidup ini, sehingga kita tidak hanya bermimpi tanpa ada faktor – faktor pendukung yang akan mampu menjadi kunci keberhasilan dalam mengaflikasikannya.
Dalam Al-Qur’anul Karim, pada surat An-Naml ayat 15 sampai 44 Allah telah memberikan kita pelajaran besar tentang model kepemimpinan dan bekal perjuangan Nabi Sulaiman Alaihissalam. Diantaranya ada empat modal yang menjadi bekal penting yang dimiliki dalam berjuang memimpin kerajaan yang tiada ada kerajaan yang secanggih kerajaan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Pertama, Modal Dasar. Modal dasar ini adalah modal yang sangat penting untuk mendukung segala keberhasilannya dalam menciptakan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Bagaikan kita membangun rumah maka tentu harus ada fondasi yang kuat supaya tak mampu diterjang angin sehingga ia hancur berantakan.
Modal dasar ini terdiri dari ilmu, Roll Model alias Guru, communication skil/langguage dan sumber daya strategis.

“ Iqro’ Bismirobbikallazdi Kholaq”
Kholaqol insanain ‘alaq”Iqro’ wa robbukal akram, alladzi ‘allamabil qolam”
(Q.S. Al-‘Alaq : 1-4)

Tentang Ilmu, Ayat di atas membuktikan bahwa memulai semua pekerjaan dengan jaminan kesuksesan adalah berdasarkan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang mampu mangarahkan kita kejalan yang benar, ilmu adalah mencerahkan, menunjukkan jalan yang gelap menuju terang benderang, ilmu adalah dasar utama untuk menggapai cita – cita, ilmu menjadikan yang buram menjadi jelas, ilmu menghilangkan keraguan dan menciptakan keyakinan dalam beramal, ilmu adalah segala – galanya dalam hidup ini, gapailah apa yang di cita – citakan dengan ilmu. Karena ilmu adalah kunci kesuksesan hakiki.

Wawarista Sualimanu dauuda wa qoo la yaa ayyuhannaasu ‘Ullimna mantiqottoiri wa uutinaa min kulli syai’in, inna hadza lahuwal fadlul mubiin”
(Q.S. An-Naml : 15)

Ayat di atas berbicara masalah pengetahuan (‘ilm) ayat 15 surat An-Naml ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan fondasi pertama dalam kepemimpinan Nabi Sualiman Alaihissalam.
Kata ilmu yang digunakan adalah ‘ilm bukan al-‘ilm yang merupakan isim nakiroh yang bermakna umum (general), bila digunakan lafadz alif lam di awal kata, maka kata tersebut memiliki kategori isim ma’rifah yang spesifik, yakni ilmu tertentu. Dalam ayat tersebut tidak menggunakan alif lam, dengan demikian ilmu yang dimaksud pada ayat tersebut adalah ilmu umum. Berarti ayat tersebut memiliki isyarat bahwa menjadi seorang pemimpin dalam hal ini adalah menguasai ilmu pegetahuan yang banyak. Artinya tidak satu jenis ilmu saja. Ini sangat penting karena seorang yang akan menjadi pemimpin dituntut untuk memiliki wawasan yang luas.

Guru, (Personal Coaching), adalah hal yang harus dimiliki, seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu, artinya harus ada orang yang menjadi guru tempat mereka beajar, guru yang mampu menjadi gudang ilmu yang akan membimbing ia hidup dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Yang akan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah? Yang akan memberikan arahan kepada ketauhidan Allah semata.
Guru bagaikan rembulan dimalam hari, bagaikan matahari disiang hari, bagaikan obor digelapnya hutan belantara, guru adalah penerang hati, penenang jiwa penentram hidup.
Bukti bagaimana Guru adalah segala – galanya dan segala – galanya adalah guru, saya teringat bagaimana guruku tercinta Ust. Murnan, L. Iwan Ashadi, Ust. Wawan. Ust. Firad. Ust. Abdul Latif dan Semua Guru – guru tercinta dengan sabar membimbing kami dalam menjalankan amanah sebagai seorang muslim. Dengan segala kekurangan dan keterbataan yang kami (teman-teman belajar) miliki ia terus berusaha membimbing kami untuk menjadi murid – murid yang sholeh, walaupun sekebon masalah yang melekat dalam hidup yang kami jalani, namun saya sangat bersyukur memiliki guru yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan tanpa upahpun kami berikan, subhanallah, Semoga Allah selalu memberikan kekuatan, kesabaran dan dimudahkan dalam segala urusannya.
Dalam Al-Qur’an surat An-Naml, ayat 16, Allah berfirman : ”dan dia berkata, Hai, Manusia, kami telah diberik pengertian tentang bahasa burung”.
Bahasa orang asing yaitu semut, menunjukkan bagaimana pentingnya bahasa orang asing, karena bila ingin memimpin dunia ini kita dibutuhkan untuk memiliki kemampuan berbahasa.
Dalam manhaj tarbiyah kita, kita sebagai kader dituntut untuk memiliki kemampuan minimal dua bahasa yaitu, bahasa arab dan bahasa inggris. Karena dalam konteks yang lebih luas, kepemimpinan memiliki levelnya tersendiri, dimasing – masing level itu seorang pemimpin harus dapat memahami bahasa yang disepakati oleh masyarakatnya. Dengan contoh bila kita sebagai pemimpin didaerah maka harus menguasai bahasa mereka, begitu juga ditingkat nasional, sedangkan kita sekarnag memiliki tantangan globalisasi dari segala lini kehidupan, maka seharusnyalah kita mampu menguasai bahasa global yang akan menunjang komunikasi kita dengan dunia.
Menjadi pemimpin yang percaya diri dan siap untuk melakukan perbaikan karena adanya dukungan sumber daya strategi, melihat kepemimpinan Nabi Sulaiman dengan diberikan angin sebagai kendaraan yang sangat cepat menjadikan Nabi Sulaiman mampu melakukan ekspansi dakwah kesetiap sudut kekuasaannya. Jin yang siap diperintahkan dengan segala kemampuannya yang luar biasa, mampu menyelam kedasar laut untuk mencari bahan – bahan pembuatan kerajaan, orang berilmu yang sholeh yang siap memindahkan kerjaan ratu bilqis kehadapan Nabi Sulaiman dengan mengalahkan kecepatan Jin Iprit, sekaligus ini menunjukkan bahwa manusia berilmu itu memiliki kelebihan yang luar biasa.
Sumber daya inilah yang menjadikan faktor dasar yang mendukung kepemimpinan nabi Sulaiman alaihissalam.
Modal kedua, yaitu Kompetensi Dasar, yang mendukung modal dasar dalam menguatkan dan menciptakan efektifitas perjuangan untuk lebih produktif dan maju, antara lain : Kemampuan Manajerial, Tanggung Jawab Sosial, Komunikatif dan Mendengar Aktif, Mampu Memverifikasi informasi dan investigasi masalah, Kreatif dan Inovatif, Cerdas Mengambil keputusan, Piawai Berdiplomasi.
Modal Ketiga, Sikap Dasar, ini adalah bentuk dan karakteristik kepemimpinan yang efektif dalam menjalankan amanah dengan profesional. Antara lain : Berani, Disiplin & Tegas, Loyalitas, Spritualitas, Kolektivitas, Kearifan Ekologis.
Modal Keempat, modal ini menjadikan yang lamban menjadi cepat, yang sulit menjadi mudah dan yang jauh menjadi dekat dan serba luar biasa. Ini disebut Daya Dukung, yaitu Manusia Berbakat dan Teknology Canggih.
Manusia – manusia ahli dalam bidangnya, profesionalisme dan amanah dalam pekerjaanya, kemudian dengan technology yaitu angin yang sangat cepat dalam membawa dan memindahkan nabi sulaiman untuk menjalankan misi dakwahnya.

Saatnya kita memulai dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang untuk mengemban amanah-Nya sebagai hamba yang memimpin diri, keluarga, masyarakat, negara dan menjadi pemimpin dunia ini...(bersambung..)

Selasa, 09 Maret 2010

Seorang Kader (Guru) harus memiliki kekokohan Dakwah

Dalam berdakwah banyak hal yang harus kita persiapkan, baik secara ma’nawiyah dan fikiryah, kita membutuhkan bekal keimanan dan kecerdasan dalam berdakwah yang menjadi salah satu bukti kesiapan kita dalam berdakwah, kedalaman iman dan keikhlasan kita akan menjadi cermin dalam perjuangan kita, menekuni dan menjalani dakwah ini kita harus memiliki nafas yang panjang, bekal materi dan moral yang banyak, tenaga yang besar dan kesabaran yang tak pernah kering, karena dakwah ini merupakan pekerjaan yang besar sehingga membutuhkan bekal yang banyak dan besar pula serta harus dilakukan oleh orang yang berjiwa besar.
Melihat amal ini adalah amal yang besar dan mulia disana juga Allah membentangkan banyak tantangan dan ujian bagi para da’i dan da’iyahnya. Karena susungguhnya hasil yang besar hanya bisa dilalui dengan cara dan perjuangan yang besar pula.
Bagaimana sikap Rasulullah terhadap tugas dakwah ini? Dikisahkan dalam sirohnya, beliau pernah mengatakan hal ini kepada pamannya di saat pamannya sangat khawatir terhadap diri Rasulullah SAW.

” Demi Allah SWT,. Sekiranya matahari diletakkan di atas pundakku agar berhenti berdakwah, tidak akan aku tinggalkan sampai Allah SWT. Memutuskan perkaranya, mati dalam dakwah atau kemenangan dakwah”

Mengapa para penyeru kebenaran itu harus berjalan jauh menjelajahi bumi Allah SWT. Kalau bukan karena panggilan dakwah, karena ia tidak hanya menebarkan nilai – nilai dakwah ini di benua Asia saja, tapi terus membuka bumi – bumi Allah sampai di negara kita indonesia ini.
Kita sebagai kader yang kokoh da’awiyahnya tentu akan melakukan dakwah pada keluarga, sampai masyarakat kita, karena bagitulah Rasulullah dan sahabat – sahabiyahnya memulai dakwah dan kemudian dilakukan kepada masyarakatnya, sampai ia mampu membuka dakwah di Afrika dan bahkan sampai Eropa.
Inilah beberapa potret gambaran kekokohan dan semangat juang para salafussholeh dalam mengizzahkan islam dalam menegakkan kalimatul ulya. Laa ilaa ha illallah.
Sang Murobbi
(Izzatul Islam)
Ribuan langkah kau tapaki
Plosok negeri kau sambangi
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman tuhanmu

Terik matahari tak surut kan langkahmu
Deru hujan badai tak runtuhkan azammu
Ragakan terluka tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia tak silaukan pandangmu
Semua makhluk bertasbih pajatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdo’a limpahkan rahmat atasmu

Wahai pewaris nabi luka pana tak berarti
Syurga kekal nan abadi balasan ikhlas dihati
Jera hati kami kau semai nilai nan suci
Tegak Panji ilahi bangkit generasi robbani

Kepahitan tentu ada dalam perjalanan dakwah ini, bagaiman ketika rasul kita yang mulia sampai giginya patah karena melawan musuh – musuh Allah, bagaimana para sahabat yang syahid dimendan jihad, bagaiman Bilal Bin Rabah mempertahankan imannya. Semua itu membutuhkan pengorbanan yang besar hatta nyawapun menjadi taruhannya.
Mari kita merenungi kalimat Allah yang akan membuat kita harus sungguh – sungguh dalam berjuang, yang dinukilkan pada Qur’an Surat Ali – Imran Ayat : 142.

” Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang – orang yang berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang – orang yang sabar”
(Al-Qur’an Surat Ali-Imran :...)

Perjuangan ini masih panjang, penuh aral yang melintang, onak duri dan beribu – ribu coban dan tantangan yang menghadang, namun juwa kau lalui tuk ilahi dan hanya orang – orang yang sungguh – sungguh dan orang yang bersabarlah yang akan mampu melewati ujian tersebut, hanya orang – orang pilihanlah yang akan mampu memenangkan perjuangan tersebut, hanya orang – orang yang ikhlas dan kuat kesabarannyalah yang akan menuai hasil dari perjungan ini.

” Ikhwah yang ana cintai Karena Allah, Jangan pernah berhenti mengepakkan sayap, biarkan semua cobaan membuat kita kuat, biarkan derasnya terpaan membuat kita gesit berkelit, biarkan jiwa – jiwa optimis membuat kita bijak menyikapi hidup, biarkan jiwa – jiwa sabar menjadi penyejuk ditengah segala duka hingga kelak akan terjawab, mengapa perjuangan itu PAHIT? Karena SYURGA itu MANIS”.

Kader (Guru) harus sudah harus memiliki kekokohan Jasadiyah

Dalam sejarah dikisahkan para tokoh – tokoh pejuang islam memiliki tubuh yang kuat, kekar yang siap melempar tombak – tombak yang tajam kearah musuh, yang siap menarik tali panah untuk memanah musuh, yang siap menunggang kuda kemedan perang, yang siap berjalan di tengah padang pasir yang panas dan tandus, yang siap memikul dan memakai baju – baju perang yang terbuat dari besi.
Begitulah para pejuang sejati, kekokohan dan kebugaran jasmani sangat dibutuhkan untuk mengemban amanah dan misi besar dakwah.
Empat khalifah Rasulullah yang mulia pun mencerminkan kekokohan jasadiyahnya, Abu Bakar Assiddiq r.a. Umar Bin Khattab r.a. Usman Bin Affan r.a. Ali Bin Abu Tholib r.a. merekalah jundi – jundi Allah yang mampu membuka wilayah –wilayah dakwah baru pada zamannya.
Pernah dikisahkan dalam Al-Qur’an bagaimana pentingnya kekuatan fisik itu akan mampu merubah segala hal, pada Qur’an Suarat Al-Baqaroh dijelaskan ”Nabi mengatakan kepada mereka:

”Susungguhnya Allah telah mengakat Thalut menjadi rajamu, mereka menjawab, Bagaimana thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak. Nabi (mereka) berkata ; Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui.”

Terbuktiklah bahwa fisik juga akan memberikan andil besar dalam menjalankan/ mengimplementasikan keja – kerja dakwah karena tugas yang besar ini membutuhkan juga kekuatan yang besar sehingga akan mampu mensukseskan secara optimal agenda – agenda dakwah yang lebih besar pula.

” Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah”
(Al – Hadist)

Ikhwah Fillah, Menjadi mujahid yang kuat sangat penting, karena akan menjadi penyelamat dakwah, penyelamat aset – aset dakwah yang menjadi indikator keberlangsungan dakwah itu sendiri, maka tentunya melahirkan kader yang kokoh jasadiyahnya harus diberikan porsi yang maksimal dengan melakukan beberapa hal dibawah ini :
a) Pengaturan Pola makan
Saya hanya akan menuliskan sedikit yang perlu kita ketahui tentang pola makan tersebut. Ilmu ini saya dapatkan dari saudara saya Jaka, saat ini beliau aktif dalam bidang kesehatan herbalis.
Melihat pentingnya pengaturan pola makan ini maka kita perlu membuat diri kita disiplin,
Menurut ilmu kesehatan, pengaturan waktu makan dibagi menjadi 3 , 24 jam dibagi 3, berarti 8 jam. Pertama Dimulai sejak pukul 04.00 pagi sampai pukul 12.00 disarankan sebaiknya makan makanan yang mudah dicerna, seperti buah, atau boleh bubur dengan porsi yang cukup, tidak terlalu banyak, karena menurut kesehatan masa itu dikenal dengan masa pembuangan atas sisa – sisa makanan. Kedua dari pukul 12.00 – 20.00, adalah masa pencernaan, disarankan waktu ini makan makanan yang dianjurkan adalah makan besar, nasi, sayur, ikan dan lainnya. Ketiga dari pukul 20.00 – 04.00 disebut masa penyerapan, maka disarankan pada waktu ini kita memakan makan makanan yang biasa seperti makan disiang hari, namun akan lebih baik waktu makan malam sebelum pukul 19.00.
b) Pola Sehat, dengan melalukan olah raga minimal 20 menit setiap hari.
c) Mengkonsumsi makanan halal, baik dan bergizi.
d) Melakukan general check-up minimal 1 kali setahun.
e) Menjaga kebersihan pakaian, kebersihan dan kerapian kamar, tempat tinggal dan sebagainya.
f) Berpenampilan baik dan sopan.

”Hidup bukanlah sekedar pergantian hari – hari semata, dalam umur yang berkurang ajal semakin dekat, tiap detik yang dilalui akan ada pertanggungjawabannya, umurmu adalah cermin dirimu, tiap waktu yang terlewat adalah pesan bisu, dari catatan sebuah kesalahan untuk dimengerti dan direnungi, semoga kita termotivasi untuk menyempurnakan kebaikan, barang siapa mengerjakan kebaikan sekecil biji dzarrah ia akan melihat (ganjaran)nya, barang siapa yang mengerjakan kejahatan sekecil biji dzarrah ia akan melihat balasannya. Qs. Az.Zalzalah-7-8.

Kekokohan Fikriyah Wajib dimiliki oleh Guru, Da'i dan Da'iyah (Sebagai Kader Dakwah)

2. Kokoh Fikriyah
Masih ingatkan 10 tokoh pemuda yang meiliki kecerdasan yang luar biasa, siapa yang membuat sosial jejaring yang kita sering pakai, google, microshop, multiply dan lainnya, mereka adalah tokoh – tokoh muda dunia yang terkenal di abadnya, pada sejarah sahabat dan sahabiyah, siapa yang tidak mengenal Ali Bin Abi Tholib, pemuda cerdas, sholeh dan pemberani?, siapa yang tidak mengenal Aisyah gadis sholehah penghapal Ayat-Ayat Al-Qur’an dan Penghafal Hadist Rasulullah?, siapa yang tidak menganal Sayyit Qutub yang pada usia belianya sudah menghafal Al-Qur’an, dan hari ini banyak anak – anak dari orang – orang sholeh yang mengagumkan kita karena kemampuan mereka menghafal al-qur’an, ada yang berumur 3 tahun sudah mampu menghafal al-qur’an. Di pelestina, anak – anak muslim rata – rata adalah penghafal ayat suci Allah SWT, semangat mereka membara mengizzahkan islam dibumi suci itu, di indoensia juga terdapat para tokoh – tokoh yang memiliki kemampuan kecerdasan yang cukup mempuni.
Kenapa kita harus memiliki kekokohan dalam hal fikriyah ini? Tentu ini akan mudah kita jawab karena merubah diri dari yang terburuk menjadi baik hanya bisa dengan ilmu, sedangkan kita tidak hanya memiliki tugas untuk merubah diri kita saja, kita harus merubah dan menjadikan keluarga kita, masyrakat, negara dan dunia ini menjadi lebih baik, maka akan hanya bisa tercapai dengan ilmu.

”bila engkau menginginkan dunia, maka raihlah dengan ilmu, bila engkau menginginkan akhirat maka raihlah dengan ilmu, dan bila engkau menginginkan kedua –duanya, maka raihlah dengan ilmu”
(Al-hadist)

Al-Qur’an dalam sejarahnya menurunkan surat yang pertama adalah tentang ilmu, karena ilmu lah yang mampu membangun kekuatan manusia, dengan perintah membaca.

” iqro’ bismirobbikallazdi kholaq, kholaqol insaana min ’alaq, iqro’ warobbukal akramulladzi ’allama bil qolam,-
(Al – ayat)

Adapun Imam Syafi’i rahimahullah, berkata dalam puisinya.

”barang siapa yang diwaktu mudanya tidak melakukan dakwah, maka hendaklah ditakbirkan empat kali, karena ia telah wafat, dan hakekat seorang pemuda demi Allah SWT hanya dengan keilmuan dan ketaqwaan. Maka bila ia tidak memiliki keduanya, janganlah kamu anggap sebagai pemuda”

Demikian kita sebagai kader dakwah ditekankan untuk meiliki keilmuan yang banyak, segala ilmu yang mendukung keberlangsungan dakwah kita, segala ilmu yang akan membuat dakwah ini tercapai, segala ilmu yang mendekatkan kita kepada Allah azza wajalla. Karena begitulah pula syaikh Syahid hasan Al-Banna menekankan kepada kita. Dengan menempatkan rukun baiat yang pertama adalah al-fahm.
Bagi kita hari ini tidaklah sulit untuk mencari ilmu, tergantung bagaimana kita kreatif dan produktif, serta bersungguh – sungguh. Tidak selamanya ilmu itu akan menuntut kita harus punya biaya (uang), baru kita akan mendapatkan ilmu, namun sekarang yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita lebih melihat pada peluang kita untuk mendapatkan ilmu tanpa dengan mengeluarkan biaya yang besar.
Orang yang sholeh dan berilmu Allah memberikan penghargaan yang luar biasa, dan kita perlu mengingat bahwa orang yang berilmu namun tidak sholeh maka Allah tak kan pernah memberikan penghargaan, karena ilmu yang ia miliki bukan digunakan untuk lebih berharap dan takut kepada Allah namun digunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Naudzubillah.
Ikhwah, maka perlu kita renungkan dan menjadikan hujjah dalam hidup kita bahwa cukuplah janji Allah yang akan membuat kita terus meningkatkan kafaah keilmuan kita.

” ...Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang – orang yang beriman diantaramu dan orang – orang yang diberi ilmu beberapa derajat”.
(Al-Mujadilah : 11)

Ada beberapa ukuran keilmuan yang harus dimiliki untuk mengokohkan fikriyah, antara lain :
a. Memiliki keilmuan yang kita tekuni dengan mendalam (latar belakang pendidikan kita), bila kita menjadi mahasiswa maka kita harus kompeten dan profesional dalam bidang kita, sebagai bentuk tanggung jawab kita terhadap ilmu yang kita miliki. Dan juga untuk menjadi kader yang kokoh dan tangguh kita harus memiliki wawasan atau keilmuan diluar keahlian (kafa’ah) untuk menunjang diri kita dalam memberikan kemanfaatan yang besar bagi ummat islam.
b. Harus memiliki keterampilan, miniaml seperti operasional komputer, meyetir mobil, berbahasa minimal 2 bahasa, bahasa inggris dengan lancar dan bahasa arab, karena melihat tantangan bangsa kita dengan masuknya produk – produk cina maka kita juga harus mulai menyaiapkan kemampuan berbahasa mandarin.
c. Memiliki keilmuan / wawasan tentang siroh nabi Muhammad SAW. Karena dalam sejarah, orang – orang besar lahir dari pengatahuannya tentang orang – orang besar juga.
d. Mampu memiliki dan memahami ilmu tafsir Al-Qur’an, ulumul hadist. Sebagai dasar perjuangan untuk menanamkan dan menancapkan kemurnian dalam perjuangan.
e. Memiliki wawasan tentang gerakan – gerakan dakwah.
f. Memiliki wawasan kedaerahan dengan matang, secara nasional dan global. Karena ini akan mendukung kita untuk bisa melakukan pebaikan dan persiapan untuk masa depan islam.

Melihat perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut kita sebagai kader untuk terus berusaha tanpa lelah, terus belajar tanpa menyerah dan terus berjuag tanpa mengeluh, karena melihat tantangan yang akan kita hadapi akan lebih besar dari apa yang kita lihat saat ini.

”Ada 2 jalan yaitu Sabilillah dan Sabilitthoghut. Hanya ada 2 golongan, Hizbullah dan Hizbussyaiton. Ada 2 pilihan, Fujur dan Taqwa.
Dakwah akan terus berjalan dengan atau tanpa kita, kalau tidak bersamamu dakwah akan bersama yang lain, kalau tidak bersama dakwah, engkau mau bersama siapa?, kita harus menentukan pilihan itu, terlambat tidak berarti kehilangan momentum”.

Guru, Da'i dan Da'iyah (Kader) Harus Memiliki Kekokohan Ma'nawiyah

Hal yang paling penting harus dimiliki oleh seorang kader (anggota) adalah memiliki kekokohan dalam ma’nawiyahnya, memiliki keikhlasan dalam beramal, berdakwah, mengerjakan segala tanggung jawabnya dalam aktivitas sehari hari. Ia akan selalu memperbaiki kemurniaan aqidahnya dari warna warni bid’ah dan khurafat yang ada, yang menaungi dirinya, keluarganya, teman – teman seperjalanan dan seperjuangan hingga masyarakatnya.
Seorang kader yang memiliki kekokohan ma’nawiyah tentu tidak hanya punya tanggung jawab untuk memperbaiki diri dari sisi aqidahnya saja namun ia harus memiliki keunggulan – keunggulan dalam ibadahnya, seperti bagaimana para sahabat juga memiliki keunggulan – keunggulan dalam ibadah – ibadahnya, seorang sahabat yang memiliki keunggulan menjaga air wudu’ dan sholat sunnah wudunya, siapa lagi kalau bukan Bilal Bin Rabah, ada sahabat yang dermawan rajin dengan infaknya, Usman bin affan, ada manusia yang paling pemurah yaitu Arabah Al-Ausi, ada sahabat yang memiliki keunggulan dari tilawahnya, yang sampai punya kemampuan menghatamkan Al-Qur’an kurang dari 10 hari, ada sahabat yang memiliki semangat dalam berjuang yang selalu sukses dalam pertempurannya siapa lagi kalau bukan yang diberi gelar oleh Rasulullah Saifullah Al-Maslul (Pedang Allah) yaitu Khalid dan begitu pula Rasul yang menjadi tauladan kita memiliki kesempurnaan yang patut dan harus kita tauladani dari segala sisi perkembangan kehidupannya, pada saat ia baru lahir ia langsung sujud yang dikisahkan dan disampaikan oleh ibunda tercintanya ia seperti rembulan, ketika masa kecilnya ia beigitu mulya akhalaq dan kecintaan Malaikat dan seluruh alam terhadapnya karena ia membawa berkah bagi seluruh alam, ketika ia masa remaja ia sempurna dengan keremajaanya yang sholeh, ketika ia dewasa ia tumbuh dengan keteguhan dan semangat perjuangannya ketika ia menjadi seorang suami ia sangat dicintai dan dihormati, ketika ia sebagai pemimpin ia mencerminkan keadilan dan kesejahteraan untuk ummatnya, demi Allah sungguh sempurna dan luar biasa. Ialah tauladan kita dalam kehidupan ini.
Maka kepada siapakah kita harus bercermin di dunia ini? Hanya Rasulullah qudwatuna.

” Rasulullah SAW pernah melakukan sholat sampai kakinya bengkak, sedangkan Umar Bin Khathab selalu berpesan kepada para pasukan sebelum berangkat bertempur untuk tidak mengabaikan kekuatan ruhiyah, karena itu adalah modal utama bagi para pejuang untuk menghadapi kuffar”.

Maka tentu kita mengharapkan diri kita dan kader kita memiliki kekuatan, kekokohan dalam ma’nawiyahnya, dengan memenuhi antara lain :
1) Dalam beramal (berdakwah) seorang kader harus :
a) Memiliki niat yang suci karena Allah
b) Memahami dan mengerti apa perkerjaannya/amanahnya.
c) Memiliki kesiapan untuk mengerjakan tugas/pekerjaannya.
d) Sungguh – sungguh dalam menjalankan tanggungjawabnya.
e) Berkorban (baik, tenaga, fikiran, materi dan lainnya)
f) Bersabar dalam menjalaninya.
g) Ikhlas
h) Tawakkal dan berdo’a
i) Bersyukur atas apa yang dicapai.

Demikian kokohnya kader bila setiap amal / pekerjaan / amanah yang ia kerjakan diawali dengan niat karena Allah, karena sungguh tiada kesenangan dan ketenangan dibumi ini kecuali hanya bertumpu dan berharap karena Allah saja, tiada kebahagiaan dalam beramal kecuali hanya bila manusia bertumpu dan berharap hanya karena ALLH SWT saja, tiada pernah akan kecewa makhluk dibumi ini bila dia hanya berharap hanya kepadaNya saja, karena Dialah Allah yang tidak pernah mengecewakan hambanya, tidak seperti manusia yang memiliki kelemahan dan karena ia masih di genggam oleh yang Maha Pencipta.
Kader yang kokoh akan memberikan nilai yang luar biasa bila ia memiliki niat yang bersih dalam setiap amalnya dan akan memberikan hasil yang optimal bila ia menjalankann amanahnya.
Ikhwah Fillah, dalam sejarah perjuangan, kader yang memiliki iman yang tulus karena Allah akan memberikan peluang keberhasilan lebih besar dari pada kader yang memiliki iming – iming niat yang kotor. Maka milikilah segera niat yang benar dalam beramal, karena ia akan memancarkan energy kekuatan dan semangat yang amat luar biasa besarnya dari Sang Maha Mengetahui hati manusia.
Keberhasilan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab, seorang kader harus memahami dan mengerti apa, bagaimana, tugas dan tanggung jawabnya. Karena mengokohkan kader juga memiliki relevansi yang kuat terhadap pemahaman yang kuat pula pada diri seorang kader.
Yang harus dipastikan pada seorang kader (kita) itu adalah dia sudah memiliki kemampuan dalam amanah yang kita berikan, karena bila tidak, ini akan menjadi penyulut ketidak berhasilan dalam tugasnya dan akan mengakibatkan kegagalan dalam menjalankan amanahnya.
Maka bila seorang kader yang punya pemahaman yang benar, tentu ini akan melahirkan kebarhasilan – keberhasilan yang luar biasa, dan akan melahirkan keikhlasan, semangat beramal (berjihad), pengorbanan dan lain sebagainya, hanya dengan diawali pemahan yang benar.
Maka pastikanlah bahwa kader yang memiliki pemahaman yang benar juga memiliki peluang keberhasilan dalam menjalankan segala amanah yang diberikannya.
Kesungguhan dalam berjuang adalah sebuah gerbang keberhasilan yang sangat memungkinkan, masih kita ingat kata bijak itu ” man jadda wajada” kata itu saya dapatkan di bangku SD dari seorang guruku yang tercinta, siapa yang berungguh – sungguh maka akan dapat apa yang diusahaknnya, artinya dalam hidup ini segala yang kita usahakan apalagi itu adalah perintah dan amanah dari Allah dan Rasulnya utuk kita jalankan sebagai seorang da’i (kader), maka seharunyalah kita bersungguh – sungguh dalam menjalankan/mengerjakan tugas dan amanah itu, yakinlah bahwa semakin besar kesungguhan kita maka akan semakin besar pula hasil yang akan kita dapatkan.
Kesungguhan yang harus dimiliki kita sebagai kader adalah kesungguhan yang terus menerus, jangan sampai kita sungguh – sungguh hanya dalam hitungan menit saja namun setelah itu lenyap entah kemana, dikarenakan niat bukan karena Allah dan tidak memahami tujuan dari pekerjaan/tugas kita sebagai jundi/kader atau mungkin pemimpin.
Maka kesungguhan itu akan hadir bila kita memiliki niat karena Allah, pemahaman yang benar, dan mengetahui orientasi kita dalam berjuang.
Seperti sebuah kisah, seorang anak remaja yang merawat neneknya yang buta dan sudah tua renta, setiap hari seorang gadis ini harus memandikan dan menyuapi neneknya karena neneknya sudah tidak bisa membantu dirinya sendiri.
Pada suatu saat kejenuhan pun hadir dalam diri si gadis ini, ia kemudian meyampaikan kepada ibunya bahwa ia berharap bisa dibantu untuk memandikan dan menyuapi neneknya sehari – hari. Namun ibunya juga punya pekerjaan yang lain kemudian berharap kepada anak inilah yang harus merawat neneknya, ibunya menjelaskan kebaikan – kebaikan yang akan didapatkan bila menolong orang tua apalagi neneknya, pada hari itu anak ini bisa menerima, namun hari berikutnya iapun berharap dan meminta kepada ibunya untuk tidak hanya dia yang harus menyuapi dan memandikannya, lagi – lagi ibunyapun menjelaskan kebaikan dan pahala yang akan didapatkannya, gadis remaja itupun menerima walau dengan hati terus menuntut.
Ketiga kalinyapun ia minta dan berjanji tidak akan lagi memandikan dan menyuapi neneknya, karena berharap ibunyalah yang harus merawat, atau mungkin bapaknya, atau mungkin adik kakanya yang lain bisa membantu, kenapa harus dia sendiri, seolah tidak ada orang lain yang bisa, begitu anak itu berontak kepada kedua orangtuanya.
Akhirnya ibunya menjelaskan, kenapa anak itu yang harus merawat, membantu hanya sekedar menyuapi, atau memandikan neneknya? Ternyata ketika anak ini masih bayi, rumahnya pernah kebakaran, dan pada saat itu semua keluar dari rumah berlaintai 2 itu, ayahnya berlari dengan membawa kakaknya yang saat itu masih kecil, ibunya berlari menggendong bayi (dia) kemudian begitu juga neneknya berlari bersamaan.
Namun si nenek terkejut melihat anaknya (ibunya) keluar membawa bantal yang ia gendong karena panik dikira anaknya (dia gadis kecil) ternyata anaknya (gadis kecil) masih menangis dilantai 2 rumahnya, apipun semakin besar dan meluap keangkasa, tapi neneknya tanpa diperhitungkan akan bahaya api tersebut langsung memasuki rumah tersebut dan mengambil cucunya (gadis kecil), sampai iapun terbakar tapi bisa menyelamatkan cucunya, sampai iapun buta. Itulah pengorbanan yang sangat besar karena cinta, namun ternyata gadis kecil itu belum mengetahui penyebabnya kenapa ia yang harus merawat neneknya, setelah tau penyebabnya kenapa ia yang harus merawat neneknya iapun meneteskan air mata, dan ia baru mengerti kenapa harus dia. Setelah tujuan ia ketahui iapun berjanji akan sungguh – sungguh untuk melakukan pekerjaannya itu.

”segala kebaikan dan keburukan yang terjadi berpangkal dari hati, hati yang bersih dan ikhlas akan menimbulkan kebaikan dan kesalehan, sementara hati yang buruk akan menimbulkan prilaku curang, culas, licik dan jahat, pengaruh hati yang tidak ikhlas akan mengemuka berbagai macam penyakit hati, seperti kekeringan ruhani, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati , hasad, perselisihan friksi dan perbedaan pendapat yang tajam bahkan mengarah pada permusuhan, oleh karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik, karena hati merupakan segala pangkal kebaikan dan keburukan”

Berkorban apa saja dalam berjuang merupakan bentuk keimanan kepada sang pemberi rizki, mengorbankan tenaga, fikiran dan harta benda adalah salah satu bentuk dari kesungguhan dan keyakinan kepada Allah dan keridhoan-Nya. Kita bisa mengukur kadar keimanan kita, semaki besar pengorbanan kita akan sangat tentu iman kitapun demikian. Bagaimana seorang abu bakar yang mampu mengorbankan seluruh hartanya karena keyakinan dan kecintaannya kepada Allah dan Rasulnya sehingga tak seorang pun yang mampu menyaingi pengorbanannya.

” Kamu sekali – kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahui.”

Bagaimana bilal bin rabah yang mampu berkorban jiwanya sampai ditindih batu besar karena hanya ingin mempertahankan kalimat yang mulia, kalimat keesaan Allah azza wajalla. Dan ribuan kisah sahabat dan sahabiyah yang berkorban dalam perjuangannya.
Karena ketahuilah saudaraku, tanpa pengorbanan perjuangan ini tiada nilainya. Maka berkorbanlah apapun yang kita miliki demi mengizzahkan islam ini. Ada seorang bijak berkata ;

” Buah yang kita nikmati esok adalah benih yang kita tabur kemarin, menyerah gerbang menuju kekalahan, bukankah dalam diri ini, ada sesuatu yang harus kita perjuangkan? Karena hidup adalah perjuangan”.

Bersabar dalam menjalani amal ibadah kita, bersabar dalam kenikmatannya/kebaikannya dan bersabar dalam keburukannya/kesakitannya begitulah dalam sebuah perjuangan, sabar ini bagaikan tiang penyangga yang kuat, yang kokoh maka bila dalam sebuah rumah bila tiangnya tidak kuat dan kokoh akan menjadikan rumah tersebut ambruk/rusak dan harncur lebur. Begitu pula dalam sebuah perjuangan, sebesar apapun pengorbanan kita, selengkap apapun fasilitas kita, sebanyak apapun kader kita, secukup apapun keuangan kita, bila dalam perjalanannya kita tidak mampu mengikat kesabaran pada hati, sebagai nafas dan tenaga yang panjang, maka akan membuat kehancuran dan kegagalan dalam perjalan amaliyah kita. Saya masih teringat oleh ayah saya (semoga Allah mengampuni dosanya, merahmatinya dan memberikan tempat mulya disisi Allah, Amiin), yang selalu memesankan kesabaran disetiap detik dan langkah perjuangan (belajar), karena seperti yang kita jalankan dan rasakan dalam perjalan hidup ini, begitu banyak onak dan duri, begitu besar tantangan yang menghalangi, begitu pajang perjalan ini, namun ia tak sedikitpun akan menyurutkan langkah kita, namun ia tak kan mampu menghentikan nafas dan semangat perjuangan kita yang membara, justru semua itu akan membuat kita tegar, tabah dalam berjuang, dan bila kita memiliki keyakian dan pemahaman yang besar justru tantangan yang ada akan melejitkan potensi berjuang kita.

”lelahnya bangun dimalam hari dan dari pulang pergi mencari kebutuhan dan kemuliaan, janganlah engkau bosan dan menarik diri, karena keberhasilan terlipat di antara kegagalan dan kebosanan”


”Meluarbiasakan diri berarti memiliki ciri berbeda dari umumnya manusia dalam menyikapi dunia,..ia melihat bukan hanya dengan mata, tapi dengan hati dan nurani, pandangan jauh kedepan, orientasinya menembus jauh jangkauan, cita – citanya tinggi menjulang keangkasa, langkahnya tegar, kerjanya besar, tak mudah lelah tak gampang menyerah tak miskin gairah”.

Iklas dan sesuai syari’at Allah tentu ini adalah pijakan kita sebagai seorang kader dalam beramal, bekerja, dan setiap hembusan nafas, setiap pandangan dan kedipan mata kita mengikat kita dalam syari’at-Nya, setiap langkah dan gerak tangan kita sesuai dengan ketentuan yang dibuat-Nya, segala aktivitas kita dari semenjak membaringkan tubuh dan bangun kembali adalah sesuai dengan kaedah-Nya.
Saudaraku renungkanlah, bahwa sesungguhnya ”ikhlas” adalah kata yang sangat pendek namun bila dijalankan mungkin sedikit sulit, tidak semudah kita mengucapkan kata ikhlas itu sendiri, namun akan sangat mudah bagi seorang kader yang memiliki pemahaman, keyakinan, kesungguhan, kesabaran dalam menjalankan tugas/pekerjaannya.

” ikhlas lahir dari keyakinan kita kepada Allah atas janjiNya, dalam setiap ayunan langkah kaki, ucapan lisan, bisikan hati dan seluruh elemen jiwa yang bekerja dalam menunaikan misi itu, selanjutnya serahkan semuanya kepada Allah dalam wujud Khoufan wa thoma’an, karena Dialah yang akan menjawab keterbatasan manusia ketika ia berada dalam totalitas ketaqwaannya”

Tips Menjadi Orang yang ikhlas :
1) Merasa apa yang dimilikinya sebagai titipan Allah.
2) Menganggap sesuatu yang diperolehnya itu terdapat bagian orang lain.
3) Memberi atau menolong orang tanpa pamrih dan tanpa pandang bulu.
4) Tidak merasa diri paling benar dan suci.

”segala kebaikan dan keburukan yang terjadi berpangkal dari hati, hati yang bersih dan ikhlas akan menimbulkan kebaikan dan kesalehan, sementara hati yang buruk akan menimbulkan prilaku curang, culas, licik dan jahat, pengaruh hati yang tidak ikhlas akan mengemuka berbagai macam penyakit hati, seperti kekeringan ruhani, kegersangan ukhuwah, kekerasan hati , hasad, perselisihan friksi dan perbedaan pendapat yang tajam bahkan mengarah pada permusuhan, oleh karena itu, pengobatan hati harus lebih diprioritaskan dari pengobatan fisik, karena hati merupakan segala pangkal kebaikan dan keburukan”

Ikhlas itu saya ibaratkan seperti orang yang membuang ludahnya, tiada ia mengingatnya lagi, apakah tadi orang tersebut menggosok gigi dengan pasta gigi paling bagus dudunia dan sikat gigi termahal yang pernah ada. Atau sering kita dengar seperti orang yang membuang hajatnya (ke Toilet), ia tidak pernah berfikir panjang mau masuk atau tidak, ketika dia keluar dari tempat tadi, ia tidak pernah mengangkatnya atau menyebut – nyebut sesuatu yang keluar, begitulah iklas dalam hidup kita ini.

Hadist Qudsi ” ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasiaku, yang AKU tempatkan pada hati – hati hambaKU, yang Kucintai, maka jadilah hamba yang dicintai dengan keikhlasan.

Sudah kita kerjakan segala apa yang menjadi kewajiban kita, sudah kita lakukan secara baik dan benar sesuai dengan prosedur dan aturan yang ada utuk menggapai keberhasilan dalam pekerjaan/amanah kita, saatnya kita akan bertawakkal dan berdo’a kepada yang Maha menentukan, ..
Saatnya kita bersyukur atas apa yang kita lakukan, apakah hasilnya banyak atau sedikit, apakah sukses atuau gagal, kita sepenuhnya serahkan pada sang penilai yang adil.
Karena syukur ini akan membuat kita bahagia, tenang dan akan membuat kita bangkit bila kita gagal, akan tambah semangat bila kita berhasil karena ada pancaran energy keikhlasan yang ada didalamnya.
Beryukur akan sangat mudah kita lakukan bila seorang kader yang memulai segala aktivitasnya dengan niat karena Allah dan hanya mengharap ridhonya, Syukur itupun bisa kita lakukan, syukur kita akan sempurna bila kita lakukan dengan cara :

a. Mengucapkan Alhamdulillah
b. Lebih dekat lagi dengan sang Maha Segalanya
c. Saling membantu dan berkasih sayang terhadap sesama
d. Rajin beribadah
e. Murah senyum
f. Tulus dalam bersedaqoh.
g. Dan sebagainya.

2) Memperbaiki Aqidahnya, sehingga ia memiliki aqidah yang benar (salimul aqidah), perbaikan aqidah ini harus terus dilakukan, dengan mempelajari aqidah – aqidah para salafussholeh yang terjaga dari bid’ah dan khurafat. Memperbaiki aqidah adalah hal yang utama harus dilakukan dalam tarbiyah (mendidik kader), sehingga dia memiliki kemurnian dalam menghambakan dirinya untuk Allah semata.

3) Memiliki ibadah – ibadah unggulan seperti yang saya sebutkan di atas, antara lain :
a) Sholat malam (tahajjud)
b) Puasa sunnah
c) Berinfak walaupun sedikit
d) Rajin membaca Al-Qur’an
e) Membaca dzikir ma’tsurat setiap pagi dan petang.
f) Termasuk juga sabar dalam menghadapi musibah/masalah hidup.
g) Selalu berusaha keras dan tawakkal pada Sang Pencipta.

Konsep Pribadi Seorang Guru

Optimisme dalam hidup perlu ditumbuhkan sedini mungkin, apalagi kita sebagai ummat yang Allah ciptakan paling baik bentuknya, dan untuk membawa misi rohmatan lil ’alamin, misi yang mulia, misinya rasul kita, tancapkan pada diri kita, pada hati kita keyakinan yang besar bahwa kita adalah orang yang Allah cintai, yang Allah ridhoi untuk menjadi hamba yang sholeh, mencintai-Nya setulus hati dengan menjual diri kita kepada-Nya dengan segala titipan yang Ia berikan kepada kita, katakan pada diri kita I Can ”saya bisa” not I Can’t (bukan saya tidak bisa), karena setelah itu kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa, keyakinan ini akan membawa kita pada semua serba mungkin, tiada ada didunia ini yang tidak mungkin, semua serba bisa tiada ada dunia ini tidak bisa selama kita yakin, kemudian kita memulainya dengan nama Allah, memahaminya, sungguh – sungguh, berkorban, sabar dan ikhlas serta tawakkal kemudian mensyukurinya, dengan demikian semua mungkin dan semua bisa, kecuali beberapa hal yang sudah ditentukan Allah.
Tulislah 100 cita –cita kita, kemudian berprasangka yang baik – baik dan optimis, karena itulah yang akan mendorong kita untuk berupaya mencapainya dan yang lebih luar biasa lagi adalah cita – cita besar itu akan “Menarik” diri kita dalam mempersiapkan segalanya.
“Inni ‘Inda ‘Abdi Dhonni Be”
Sesungguhnya Aku Sesuai dengan Prasangka Hambaku”
(Hadist Qudsi)

Ikhwah Fillah, Kita akan merasakan energy yang besar datang dari segala punjuru, atas kata – kata yang dengan semangat dan tulus serta yakin kita ucapkan pada lubuk hati yang paling dalam, yang berat akan menjadi ringan, yang jauh akan menjadi dekat, yang sulit akan menjadi mudah dan yang mahal akan menjadi murah.
Segala suatu akan bisa kita kerjakan, selama kita memenuhi beberapa hal yang menjadi pendukung dalam kekuatan kata – kata I Can, dengan menggunakan kode yang saya sebut lima I, antara lain :
1. Yakini bahwa apa yang akan kita hadapi / terima adalah wadah kita untuk menggali potensi yang Allah berikan namun kita tidak sadar dan mungkin belum kita temukan.

2. Pelajari dan Fahami apa yang kita hadapi, karena setiap yang kita hadapi terdapat banyak tantangan bukan masalah, namun disana juga terbentang solusi yang tak disangka, yang akan membuat kita semakin hari semakin kokoh.

3. Hayati, Mulailah dengan berfikir, dan buatlah pertanyaan;
a. Apa yang harus saya lakukan untuk mensukseskan hidup/amanah ini?.
b. Bagaimana saya akan mengerjakannya?.
c. Siapa yang saya akan libatkan?.
d. Dimana tempat yang terbaik untuk saya kerjakan?.
e. Kapan waktu yang terbaik untuk saya lakukan?, dan pertanyaan – pertanyaan lain yang bisa membuat hidup/pekerjaan kita semakin produktif dan optimal.

4. Hadapi, semua pekerjaan memiliki dua kemungkinan, sukses dan gagal, menang dan kalah, namun bukan itu yang menjadi perhatian/target utama kita, yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita menghadapi dan menjalani proses dengan benar, disini akan banyak tantangan dan aral melintang namun yakinkan diri kita, bahwa setiap masalah ada solusinya. Dan setelah masalah itu terbentang luas kemudahannya ”Innama’al Usri Usro”, dan Jangan lari dari masalah, karena bila kita lari akan menjadikan kita pecundang bukan pemenang.

”seorang pribadi kader yang tangguh adalah kader yang memiliki kekuatan, kematangan dan kedewasaan secara ma’nawiyah, fikriyah, jasadiah, jaringan dan keuangan. Dengan demikian maka ia akan mampu menghadapi tantangannya yang melintang dalam mensukseskan agenda – agenda besarnya”.

5. Nikmati, apapun hasilnya itu adalah hasil jerih payah yang kita lakukan, semakin besar keyakinan kita, kesungguhan kita, pengorbanan kita, kesabaran dan keikhlasan akan semakian dan terasa besar hasil yang kita dapatkan, mungkin kadang terukur dengan nilai dan benda namun sering kemenngan dan ketenangan itu tak terukur oleh apapun. Dengan hati yang ikhlas semua hasil yang kita dapatkan akan terasa memuaskan, dan bisa jadi bila gagal dalam meraihnya itus hanya akan memberikan waktu untuk kita lebih semangat dan sungguh – sungguh lagi untuk terus belajar dan berusaha karena tiada kesuksesan tanpa kegagalan.

”Pasrah dan ridho atas segala kehendak dan kejadian yang menimpa percaya atas keimanan yang penuh bahwa Allah lah penguasa segala sesuatu di langit dan dibumi, tak pernah Ia menzdolimi hamba-Nya yang mukmin dan selalu memberikan yang terbaik untuk orang – orang sholeh pejuang dijalan-Nya”.

Bangunan yang tinggi menjulang, pohon yang besar, jembatan yang kokoh dan kuat mungkin akan mengajak lisan kita berucap, ”betapa kuatnya bangunan itu, betapa kuatnya pohon ini dan betapa kokohnya jambatan itu”, begitulah kita juga sebagai manusia yang Allah ciptakan dengan segala kafasitas kekuatan dan kekokohannya, ternyata memiliki kekokohan dan kekuatan dalam menjalani hidupnya, kekuatan dan kekokohan yang tiada mampu dilawan, kekuatan yang melebih gunung – gunung tinggi dudunia ini, kekokohan melebihi kokohnya bangunan dan jembatan panjang di nusantara ini, karena manusia memiliki potensi yang sungguh amat luar biasa besar dan hebatnya sampai mampu mengalahkan makhluk lain yang bernama jin. Karena kecerdasan yang diberikan Allah padanya, ” sesungguhnya manusia ini akan lebih pintar, lebih dan lebih mulya dibanding makhluk lain bila ia terus selalu memperbaiki diri dan terus selallu bertahan dalam kebaikannya kepada Sang Segala – Galanya”. Siapa yang tidak mengenal Nabi Sulaiman, dengan kesholehan dan kecerdasan yang Allah berikan ia manfaatkan untuk menghambakan dirinya kepada Allah sebagai ucapan syukur atas nikmat kecerdasan dan kelebihan yang diberikan oleh Allah SWT.
Bagaimana dengan kita saat ini, tentu kita juga memiliki kelebihan dan kekokohan itu karena ternyata kita juga dituntut oleh tugas kita, yaitu tugas yang Allah berikan kepada kita sebagai khalifah fil Ardhi, kemudian kita juga dituntut oleh waktu ”masa muda kita” sebagai generasi yang harus mempersiapkan segala – gelanya karena kita adalah generasi yang akan menggantikan mereka untuk menjadi pemimpin, pemimpin yang akan menjalankan amanah yang sungguh sangat besar pertanggung jawabannya disisi Allah azza wajalla dan ini adalah tanggung jawab yang harus kita terima.
Kita harus kokoh, kokoh aqidah, kokoh ibadah, kokoh akhlaq dan lain sebagainya, menjadi kader yang kokoh dan soleh adalah tuntutan yang harus dimiliki sebagai kader yang akan melanjutkan estapeta dakwah ini, kemudian memperbanyak beramal baik, bermanfaat bagi kehidupan manusia (solehun li nafsi), kemudian setelah itu wa shoolehun lighoirihi, dengan melahirkan dan menciptakan pribadi – pribadi yang unggul, kokoh, sholeh, mandiri dan produktif, menciptakan keluarga yang islami yang menjadi sumber inspirasi dalam merubah masadepan bangsa yang kini tidak jelas arahnya akan kemana, kita akan menciptakan masyarakat yang islami yang akan mengizzahkan islam sepanjang waktu, kita akan mencipatakn negara yang bermoral yang memuliakan nama Allah dan menjadikan islam sebagai aturan dalam kehidupan sehari – hari, dan kita akan menciptakan dunia yang islami yang tiada ada lagi terdengar kedzoliman terhadap ummat manusia.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang – orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal – amal sholeh bahwa Dia sungguh – sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagai mana Dia telah menjadikan orang – orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar – benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku, dan barang siapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang – orang yang fasik.
(Al-Qur’an Surat An-Nur : 55)

Demikian besar agenda kita, sehingga kita juga akan menyiapkan diri kita menjadi orang – orang yang besar dihadapan Allah, yang akan mengusung dan membawa misi besar ini.
Disana sudah barang tentu banyak menunggu kita berbagai tantangan dalam menjalankannya, berbagai terpaan dan masalah kehidupan yang akan membuat kita harus kuat, teguh dan kokoh dalam menjalaninya.
Maka kita sebagai agent of change sekaligus agent of leader harus mengatakan I Can dan kemudian didukung oleh segala kekokohan yang mengarahkan kita kepada kesuksesan dunia dan akhirat sehingga kita memiliki kekuatan dan kematangan dari segala sisi kehidupan.