Kamis, 25 Maret 2010

Beginilah Konsep Kehidupan Kita Sebenarnya

Optimisme dalam hidup perlu ditumbuhkan sedini mungkin, apalagi kita sebagai ummat yang Allah ciptakan paling baik bentuknya, dan untuk membawa misi rohmatan lil ’alamin, misi yang mulia, misinya rasul kita, tancapkan pada diri kita, pada hati kita keyakinan yang besar bahwa kita adalah orang yang Allah cintai, yang Allah ridhoi untuk menjadi hamba yang sholeh, mencintai-Nya setulus hati dengan menjual diri kita kepada-Nya dengan segala titipan yang Ia berikan kepada kita, katakan pada diri kita I Can ”saya bisa” not I Can’t (bukan saya tidak bisa), karena setelah itu kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa, keyakinan ini akan membawa kita pada semua serba mungkin, tiada ada didunia ini yang tidak mungkin, semua serba bisa tiada ada dunia ini tidak bisa selama kita yakin, kemudian kita memulainya dengan nama Allah, memahaminya, sungguh – sungguh, berkorban, sabar dan ikhlas serta tawakkal kemudian mensyukurinya, dengan demikian semua mungkin dan semua bisa, kecuali beberapa hal yang sudah ditentukan Allah.
Tulislah 100 cita –cita kita, kemudian berprasangka yang baik – baik dan optimis, karena itulah yang akan mendorong kita untuk berupaya mencapainya dan yang lebih luar biasa lagi adalah cita – cita besar itu akan “Menarik” diri kita dalam mempersiapkan segalanya.

“Inni ‘Inda Dzhonni ‘Abdi Be”
Sesungguhnya Aku Sesuai dengan Prasangka Hambaku”
(Hadist Qudsi)

Ikhwah Fillah, Kita akan merasakan energy yang besar datang dari segala punjuru, atas kata – kata yang dengan semangat dan tulus serta yakin kita ucapkan pada lubuk hati yang paling dalam, yang berat akan menjadi ringan, yang jauh akan menjadi dekat, yang sulit akan menjadi mudah dan yang mahal akan menjadi murah.
Maka bercita – citalah yang besar, bermimpilah yang luas sehingga tiada ada ruang sekecil atom pun pada hidup kita, tiada tujuan yang lemah dan tak terukur, karean sesungguhnya KITA BISA, Ambisi yang besar harus dimiliki oleh seorang jundi, da’i dan da’iyah untuk menjadikan pribadi yang sholeh dan mampu mensholehkan orang lain, kemudian tidak sampai disana saja, kita mampu memiliki cita – cita besar yaitu menjadikan dunia ini dunia yang diberkahi oleh ALLAH yaitu ustadziatul alam.
Segala apa yang ada dibumi ini mudah bagi Allah bila kita yakin dan dekat dengan Allah SWT, apa yang ada dibumi dan dilangit miliki Allah Sang Penguasa dan Pencipta, maka mintalah kepada-Nya, karena Dia lah segala galanya, dia akan memberi hamba-Nya yang beriman, meminta dan beramal sholeh, maka dengan demikian miliki karakter optimis dalam hidup, cita cita dan cinta harus terpatri dalam sanubari kita yang dalam.
Milikilah cita – cita besar dan mulia kemudian tancapkan cita – cita dan ambisi mulia itu dalam hati kita, inilah yang disebut moment yang tepat untuk melakukan perbaikan pada diri sendiri, seorang muslim harus punya tekad besar untuk melakukan perbaikan pada dirinya sebagai muslim yang baik, kemudian setelah itu seorang muslim harus mampu membentuk rumah tangga yang menegakkan tauhidullah, yang menjadi salah satu gerbang utama terciptanya masyarakat bermoral sehingga terbentuk warga yang baik yang akan memberikan pengaruh besar terhadap bangsa kita sehingga tanah air indonesia ini diberkahi oleh Allah Sang Maha Pencipta dan ini akan menjadi langkah strategis untuk menciptakan cita – cita besar yaitu melahirkan generasi pemimpin dunia dengan dimulai dari indonesia.
Keyakinan yang besar harus kita miliki kemudian kita harus bisa mengatakan I Can for Can (Saya Bisa untuk Bisa ), Bisa memulai dari Zero to Hero, bisa menjadi agent of change to agent of leader dengan menjadi muslim yang baik, dengan memiliki badan yang sehat, memiliki aqidah yang benar, Bisa memiliki ibadah yang benar, Bisa memiliki akhlaq yang kokoh, memiliki wawasan yang luas, dengan ditopang kesunggguhan yang besar dalam segala aktivitasnya, mampu memberikan perhatian yang besar terhadap waktu yang ada, disiplin dan teratur dalam segala urusan pribadi maupun yang lainnya, sehingga I CAN dan WE CAN menjadi muslim yang BERMANFAAT.

“ Allah lebih mencintai hamba-Nya yang KUAT dari pada hambanya yang lemah,...
Dan bukanlah termasuk orang beriman bila ia tidak bermanfa’at bagi orang lain”

Menjadi hamba yang memiliki keimanan yang dalam, yang mampu berbuat amal sholeh dalam hidupnya, berpartisipasi untuk kebaikan dan berkonstribusi untuk kemuliaan islam. Katakan ikhwahfillah, I Can untuk sukses yaitu sukses yang hakiki menurut Allah, “ dibebaskan dari api neraka dan dimasukkan kedalam syurga”. Katakan I Can (Saya Bisa) dan I Can.
Memiliki cita – cita, mimpi besar tidak cukup sampai disana, namun kita perlu memiliki sesuatu yang mampu mendukung (menopang) ambisi kita dalam hidup ini, sehingga kita tidak hanya bermimpi tanpa ada faktor – faktor pendukung yang akan mampu menjadi kunci keberhasilan dalam mengaflikasikannya.
Dalam Al-Qur’anul Karim, pada surat An-Naml ayat 15 sampai 44 Allah telah memberikan kita pelajaran besar tentang model kepemimpinan dan bekal perjuangan Nabi Sulaiman Alaihissalam. Diantaranya ada empat modal yang menjadi bekal penting yang dimiliki dalam berjuang memimpin kerajaan yang tiada ada kerajaan yang secanggih kerajaan Nabi Sulaiman Alaihissalam.
Pertama, Modal Dasar. Modal dasar ini adalah modal yang sangat penting untuk mendukung segala keberhasilannya dalam menciptakan kedamaian, keadilan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Bagaikan kita membangun rumah maka tentu harus ada fondasi yang kuat supaya tak mampu diterjang angin sehingga ia hancur berantakan.
Modal dasar ini terdiri dari ilmu, Roll Model alias Guru, communication skil/langguage dan sumber daya strategis.

“ Iqro’ Bismirobbikallazdi Kholaq”
Kholaqol insanain ‘alaq”Iqro’ wa robbukal akram, alladzi ‘allamabil qolam”
(Q.S. Al-‘Alaq : 1-4)

Tentang Ilmu, Ayat di atas membuktikan bahwa memulai semua pekerjaan dengan jaminan kesuksesan adalah berdasarkan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang mampu mangarahkan kita kejalan yang benar, ilmu adalah mencerahkan, menunjukkan jalan yang gelap menuju terang benderang, ilmu adalah dasar utama untuk menggapai cita – cita, ilmu menjadikan yang buram menjadi jelas, ilmu menghilangkan keraguan dan menciptakan keyakinan dalam beramal, ilmu adalah segala – galanya dalam hidup ini, gapailah apa yang di cita – citakan dengan ilmu. Karena ilmu adalah kunci kesuksesan hakiki.

Wawarista Sualimanu dauuda wa qoo la yaa ayyuhannaasu ‘Ullimna mantiqottoiri wa uutinaa min kulli syai’in, inna hadza lahuwal fadlul mubiin”
(Q.S. An-Naml : 15)

Ayat di atas berbicara masalah pengetahuan (‘ilm) ayat 15 surat An-Naml ini menunjukkan bahwa pengetahuan merupakan fondasi pertama dalam kepemimpinan Nabi Sualiman Alaihissalam.
Kata ilmu yang digunakan adalah ‘ilm bukan al-‘ilm yang merupakan isim nakiroh yang bermakna umum (general), bila digunakan lafadz alif lam di awal kata, maka kata tersebut memiliki kategori isim ma’rifah yang spesifik, yakni ilmu tertentu. Dalam ayat tersebut tidak menggunakan alif lam, dengan demikian ilmu yang dimaksud pada ayat tersebut adalah ilmu umum. Berarti ayat tersebut memiliki isyarat bahwa menjadi seorang pemimpin dalam hal ini adalah menguasai ilmu pegetahuan yang banyak. Artinya tidak satu jenis ilmu saja. Ini sangat penting karena seorang yang akan menjadi pemimpin dituntut untuk memiliki wawasan yang luas.

Guru, (Personal Coaching), adalah hal yang harus dimiliki, seorang muslim diwajibkan menuntut ilmu, artinya harus ada orang yang menjadi guru tempat mereka beajar, guru yang mampu menjadi gudang ilmu yang akan membimbing ia hidup dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Yang akan menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah? Yang akan memberikan arahan kepada ketauhidan Allah semata.
Guru bagaikan rembulan dimalam hari, bagaikan matahari disiang hari, bagaikan obor digelapnya hutan belantara, guru adalah penerang hati, penenang jiwa penentram hidup.
Bukti bagaimana Guru adalah segala – galanya dan segala – galanya adalah guru, saya teringat bagaimana guruku tercinta Ust. Murnan, L. Iwan Ashadi, Ust. Wawan. Ust. Firad. Ust. Abdul Latif dan Semua Guru – guru tercinta dengan sabar membimbing kami dalam menjalankan amanah sebagai seorang muslim. Dengan segala kekurangan dan keterbataan yang kami (teman-teman belajar) miliki ia terus berusaha membimbing kami untuk menjadi murid – murid yang sholeh, walaupun sekebon masalah yang melekat dalam hidup yang kami jalani, namun saya sangat bersyukur memiliki guru yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan tanpa upahpun kami berikan, subhanallah, Semoga Allah selalu memberikan kekuatan, kesabaran dan dimudahkan dalam segala urusannya.
Dalam Al-Qur’an surat An-Naml, ayat 16, Allah berfirman : ”dan dia berkata, Hai, Manusia, kami telah diberik pengertian tentang bahasa burung”.
Bahasa orang asing yaitu semut, menunjukkan bagaimana pentingnya bahasa orang asing, karena bila ingin memimpin dunia ini kita dibutuhkan untuk memiliki kemampuan berbahasa.
Dalam manhaj tarbiyah kita, kita sebagai kader dituntut untuk memiliki kemampuan minimal dua bahasa yaitu, bahasa arab dan bahasa inggris. Karena dalam konteks yang lebih luas, kepemimpinan memiliki levelnya tersendiri, dimasing – masing level itu seorang pemimpin harus dapat memahami bahasa yang disepakati oleh masyarakatnya. Dengan contoh bila kita sebagai pemimpin didaerah maka harus menguasai bahasa mereka, begitu juga ditingkat nasional, sedangkan kita sekarnag memiliki tantangan globalisasi dari segala lini kehidupan, maka seharusnyalah kita mampu menguasai bahasa global yang akan menunjang komunikasi kita dengan dunia.
Menjadi pemimpin yang percaya diri dan siap untuk melakukan perbaikan karena adanya dukungan sumber daya strategi, melihat kepemimpinan Nabi Sulaiman dengan diberikan angin sebagai kendaraan yang sangat cepat menjadikan Nabi Sulaiman mampu melakukan ekspansi dakwah kesetiap sudut kekuasaannya. Jin yang siap diperintahkan dengan segala kemampuannya yang luar biasa, mampu menyelam kedasar laut untuk mencari bahan – bahan pembuatan kerajaan, orang berilmu yang sholeh yang siap memindahkan kerjaan ratu bilqis kehadapan Nabi Sulaiman dengan mengalahkan kecepatan Jin Iprit, sekaligus ini menunjukkan bahwa manusia berilmu itu memiliki kelebihan yang luar biasa.
Sumber daya inilah yang menjadikan faktor dasar yang mendukung kepemimpinan nabi Sulaiman alaihissalam.
Modal kedua, yaitu Kompetensi Dasar, yang mendukung modal dasar dalam menguatkan dan menciptakan efektifitas perjuangan untuk lebih produktif dan maju, antara lain : Kemampuan Manajerial, Tanggung Jawab Sosial, Komunikatif dan Mendengar Aktif, Mampu Memverifikasi informasi dan investigasi masalah, Kreatif dan Inovatif, Cerdas Mengambil keputusan, Piawai Berdiplomasi.
Modal Ketiga, Sikap Dasar, ini adalah bentuk dan karakteristik kepemimpinan yang efektif dalam menjalankan amanah dengan profesional. Antara lain : Berani, Disiplin & Tegas, Loyalitas, Spritualitas, Kolektivitas, Kearifan Ekologis.
Modal Keempat, modal ini menjadikan yang lamban menjadi cepat, yang sulit menjadi mudah dan yang jauh menjadi dekat dan serba luar biasa. Ini disebut Daya Dukung, yaitu Manusia Berbakat dan Teknology Canggih.
Manusia – manusia ahli dalam bidangnya, profesionalisme dan amanah dalam pekerjaanya, kemudian dengan technology yaitu angin yang sangat cepat dalam membawa dan memindahkan nabi sulaiman untuk menjalankan misi dakwahnya.

Saatnya kita memulai dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang untuk mengemban amanah-Nya sebagai hamba yang memimpin diri, keluarga, masyarakat, negara dan menjadi pemimpin dunia ini...(bersambung..)

Tidak ada komentar: