Selasa, 09 Maret 2010

Seorang Kader (Guru) harus memiliki kekokohan Dakwah

Dalam berdakwah banyak hal yang harus kita persiapkan, baik secara ma’nawiyah dan fikiryah, kita membutuhkan bekal keimanan dan kecerdasan dalam berdakwah yang menjadi salah satu bukti kesiapan kita dalam berdakwah, kedalaman iman dan keikhlasan kita akan menjadi cermin dalam perjuangan kita, menekuni dan menjalani dakwah ini kita harus memiliki nafas yang panjang, bekal materi dan moral yang banyak, tenaga yang besar dan kesabaran yang tak pernah kering, karena dakwah ini merupakan pekerjaan yang besar sehingga membutuhkan bekal yang banyak dan besar pula serta harus dilakukan oleh orang yang berjiwa besar.
Melihat amal ini adalah amal yang besar dan mulia disana juga Allah membentangkan banyak tantangan dan ujian bagi para da’i dan da’iyahnya. Karena susungguhnya hasil yang besar hanya bisa dilalui dengan cara dan perjuangan yang besar pula.
Bagaimana sikap Rasulullah terhadap tugas dakwah ini? Dikisahkan dalam sirohnya, beliau pernah mengatakan hal ini kepada pamannya di saat pamannya sangat khawatir terhadap diri Rasulullah SAW.

” Demi Allah SWT,. Sekiranya matahari diletakkan di atas pundakku agar berhenti berdakwah, tidak akan aku tinggalkan sampai Allah SWT. Memutuskan perkaranya, mati dalam dakwah atau kemenangan dakwah”

Mengapa para penyeru kebenaran itu harus berjalan jauh menjelajahi bumi Allah SWT. Kalau bukan karena panggilan dakwah, karena ia tidak hanya menebarkan nilai – nilai dakwah ini di benua Asia saja, tapi terus membuka bumi – bumi Allah sampai di negara kita indonesia ini.
Kita sebagai kader yang kokoh da’awiyahnya tentu akan melakukan dakwah pada keluarga, sampai masyarakat kita, karena bagitulah Rasulullah dan sahabat – sahabiyahnya memulai dakwah dan kemudian dilakukan kepada masyarakatnya, sampai ia mampu membuka dakwah di Afrika dan bahkan sampai Eropa.
Inilah beberapa potret gambaran kekokohan dan semangat juang para salafussholeh dalam mengizzahkan islam dalam menegakkan kalimatul ulya. Laa ilaa ha illallah.
Sang Murobbi
(Izzatul Islam)
Ribuan langkah kau tapaki
Plosok negeri kau sambangi
Tanpa kenal lelah jemu
Sampaikan firman tuhanmu

Terik matahari tak surut kan langkahmu
Deru hujan badai tak runtuhkan azammu
Ragakan terluka tak jerikan nyalimu
Fatamorgana dunia tak silaukan pandangmu
Semua makhluk bertasbih pajatkan ampun bagimu
Semua makhluk berdo’a limpahkan rahmat atasmu

Wahai pewaris nabi luka pana tak berarti
Syurga kekal nan abadi balasan ikhlas dihati
Jera hati kami kau semai nilai nan suci
Tegak Panji ilahi bangkit generasi robbani

Kepahitan tentu ada dalam perjalanan dakwah ini, bagaiman ketika rasul kita yang mulia sampai giginya patah karena melawan musuh – musuh Allah, bagaimana para sahabat yang syahid dimendan jihad, bagaiman Bilal Bin Rabah mempertahankan imannya. Semua itu membutuhkan pengorbanan yang besar hatta nyawapun menjadi taruhannya.
Mari kita merenungi kalimat Allah yang akan membuat kita harus sungguh – sungguh dalam berjuang, yang dinukilkan pada Qur’an Surat Ali – Imran Ayat : 142.

” Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum nyata bagi Allah orang – orang yang berjihad diantara kamu, dan belum nyata orang – orang yang sabar”
(Al-Qur’an Surat Ali-Imran :...)

Perjuangan ini masih panjang, penuh aral yang melintang, onak duri dan beribu – ribu coban dan tantangan yang menghadang, namun juwa kau lalui tuk ilahi dan hanya orang – orang yang sungguh – sungguh dan orang yang bersabarlah yang akan mampu melewati ujian tersebut, hanya orang – orang pilihanlah yang akan mampu memenangkan perjuangan tersebut, hanya orang – orang yang ikhlas dan kuat kesabarannyalah yang akan menuai hasil dari perjungan ini.

” Ikhwah yang ana cintai Karena Allah, Jangan pernah berhenti mengepakkan sayap, biarkan semua cobaan membuat kita kuat, biarkan derasnya terpaan membuat kita gesit berkelit, biarkan jiwa – jiwa optimis membuat kita bijak menyikapi hidup, biarkan jiwa – jiwa sabar menjadi penyejuk ditengah segala duka hingga kelak akan terjawab, mengapa perjuangan itu PAHIT? Karena SYURGA itu MANIS”.

Tidak ada komentar: